Anya Taylor-Joy terpilih sebagai pemeran utama dalam serial The Queen's Gambit. Ia dikenal lewat film Glass, Emma juga The New Mutants.
Anya Taylor-Joy sebenarnya bukan satu-satunya kandidat untuk peran Beth Harmon. Namun ia yang paling menarik perhatian sang sutradara.
"Ketika aku pertama kali bertemu dengannya, spontan di kepalaku seperti berkata, ini Beth yang kami cari," ungkap Scott Frank sang sutradara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: The Queen's Gambit Awalnya Bakal Dibuat Film |
Sementara bagi Anya Taylor-Joy, ia tak mampu menolaknya saat ditawari peran ini sejak pertama.
"Aku langsung jatuh cinta dengan Beth sekaligus seperti merasa memiliki hubungan satu sama lain bahkan meskipun aku tak mengerti sama sekali tentang catur," ungkap aktris 24 tahun ini.
Ia membayangkan menjadi Beth dalam peran yang ia baca di novel aslinya. Tokoh Beth yang menghadapi kesulitan untuk terhubung dengan orang lain sejak ia kecil hingga tumbuh remaja dan menjadi dewasa disebut Anya Taylor-Joy menyedihkan di luar kejeniusan yang dimiliki karakter yang ia perankan itu.
![]() |
"Dia merasa sangat lain dari orang kebanyakan dan hal itu membuatku ikut sedih dan patah hati saat pertama kali membaca novel ini bahkan sampai sekarang," ungkap Anya.
Anya Taylor-Joy pun punya kesimpulan sendiri tentang seperti apa sosok Beth dalam kepalanya.
"Dia begitu berkemauan keras. Sebagian dari dirinya yang menonjol adalah sifat narsisnya dan egois terutama dalam mengejar keinginan untuk mencapai kemenangan," ungkap sang aktris.
Anya Taylor-Joy pun turut menyumbang gagasan tentang bagaimana menghidupkan Beth lewat penampilan dirinya. Yaitu lewat penampilan Beth yang terlihat mencolok dengan rambutnya yang berwarna merah.
"Di dalam buku, Beth berambut cokelat," ujar Anya.
"Namun, ketika aku membacanya, hal pertama yang aku katakan kepada Scott (sutradara) adalah bahwa aku merasa dia perlu memiliki rambut merah. Ternyata Scott juga memikirkan hal yang persis sama. Aku cinta gagasan bahwa di mana pun Beth berada, bahkan saat dia berusaha mati-matian untuk menyesuaikan diri dan tetap dipandang berbeda," urai Anya Taylor-Joy.
(doc/wes)