Dunia Penata Busana yang Istimewa dan Menantang

Dunia Penata Busana yang Istimewa dan Menantang

Devy Octaviany - detikHot
Minggu, 12 Jul 2020 11:20 WIB
Retno Damayanti
Foto: Retno Damayanti (dok. ist)

Menata kostum di film menantang waktu

Selain riset yang juga kerap terbentur dengan data, menata kostum di produksi film Indonesia seringkali berlomba dengan waktu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Retno Damayanti mengatakan, hal ini juga menjadi perhatiannya.

"Seringkali persoalan kostum itu dianggap sebagai hal yang sangat mudah. Padahal tidak, saya butuh riset, saya butuh mendesainnya, menjahitnya, kemudian kalau film sejarah saya harus membuat kostum itu terlihat lama, bukan baru," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Retno bercermin dari produksi film luar di mana dirinya sempat terlibat berjudul The East.

"Itu lumayan produksi besar, ada 3 negara, Belanda, Belgia dan Indonesia. Partner kerja saya dengan Belgia. Saya melihat perbedaan yang cukup tajam dari apa yang mereka lakukan di sini. Mereka melakukan riset 2 tahun, persiapan betul-betul lebih dari enam bulan dipersiapkan. Artinya dipersiapkan dengan matang," ungkap Retno Damayanti.

Retno juga memperhatikan bagaimana fitting busana sebelum syuting juga diterapkan bahkan untuk para extrasnya.

"Bagi orang luar, hal seperti ini diperhatikan. Seringkali saya dapat pertanyaan, kenapa extras-extras di Hollywood bajunya pas seperti memang itu jadi milik mereka, saya jawab karena mereka melakukan fitting. Jawaban tersebut ternyata sesuai dengan produksi luar The East di mana saya terlibat," imbuhnya.

The East diproduksi XYZ Films bersama produser asal Belanda, New Amsterdam. XYZ Films yang sebelumnya berada di belakang The Raid, Headshot juga The Night Comes for Us. Sementara The East menjadi film produksi pertama New Amsterdam di Indonesia. Film ini berlatar tahun 1947 di momen perang masa lalu antara Belanda dan Indonesia.


(doc/dal)

Hide Ads