Mengarungi Dunia Lala Bohang di 'The Book of Imaginary Beliefs'

Spotlight

Mengarungi Dunia Lala Bohang di 'The Book of Imaginary Beliefs'

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 12 Feb 2019 14:40 WIB
Mengarungi Dunia Lala Bohang di 'The Book of Imaginary Beliefs' Foto: Tia Agnes/ detikHOT
Jakarta - Lala Bohang membuktikan sekali lagi kiprahnya di dunia kreatif, tak hanya sebagai seorang tukang gambar. Sejak 2016 lalu, perempuan kelahiran Makassar 1985 silam menjajal dunia tulis-menulis. Hasilnya pun cukup mencengangkan.

Setiap buku ditelurkan mulai 2016 lewat buku 'The Book of Forbidden Feelings' yang penuh dengan tulisan berbahasa Inggris dan ilustrasi ciptaannya. Setahun berikutnya, buku bergenre serupa pun lahir 'The Book of Invisible Questions' yang tak kalah meledak.

Di 2018, karya Lala Bohang terbit dengan gaya bak Carol Bolt dan seperti permainan teka-teki. Di 'The Book of Questions' ada ratusan pertanyaan yang bisa dimainkan teman se-geng. Di pertengahan Februari, Lala merilis 'The Book of Imaginary Beliefs'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Di buku keempat, pembaca seakan kembali diajak untuk mengarungi dunianya sendiri. Bernuansa hijau, di halaman pertama ada kalimat, "Stay awake in the dark, open your eyes until you see something."

Sosok perempuan berambut sebahu menghadap lurus ke depan menyapa pembaca di halaman awal. Di bagian berikutnya seperti sebuah bab baru ada 'If there's a distance, there's a longing', 'be thankful', 'Just Hit the "send" button', 'Oh, stop being so hard on yourself', dan lain-lain.

Pembaca akan memaknai setiap pesan di balik tulisan, ilustrasi khas Lala sampai layout setiap halaman yang playfull. Lala menyebutnya dengan 'The Architecture of Page'.

Mengarungi Dunia Lala Bohang di 'The Book of Imaginary Beliefs'Mengarungi Dunia Lala Bohang di 'The Book of Imaginary Beliefs' Foto: Tia Agnes/ detikHOT


"Gara-gara kuliah arsitektur gue berpikir semuanya itu seperti arsitektur. Saya merasa halaman saya ada 'The Architure of Page karena desain nggak hanya menggabungkan teks dan visual. Desainer sangat bekerja lebih ekstra untuk melayout bukuku," katanya ketika diwawancarai detikHOT saat jumpa pembaca buku baru, belum lama ini.

Ia mengakui dalam 'The Book of Imaginary Beliefs', gambarnya tidak menjelaskan tulisan. Ketika teks dan visual diserahkan kepada penerbit, desainer juga meng-arsitektur setiap halaman.

"Dia menginterpretasikan ulang semuanya. Ada 3 bahasa dalam buku ini, bahasa teks, gambar, dan layout buku itu sendiri. Desain ini kan interpretasi desainer, dia melihat gambarnya satu per satu," ucap Lala.

Cerita sederhana yang ditulis Lala dalam setiap bukunya membawa kepada penjelajahan baru di industri penerbitan. Bagaimana cerita mengenai proses 'The Book of Imaginary Beliefs' sampai ide cerita yang kerap dituliskan?

Simak artikel berikutnya ya di detikHOT.


(tia/nkn)

Hide Ads