Kepada detikHOT, dramaturg dan penulis naskah yang kini tinggal di Bali itu menuturkan sebagai warga negara asing dari New York, ia penasaran dengan naskah 'I La Galigo' tersebut.
"Saya awalnya mempelajari dan meriset tentang komunitas Bissu di Sulawesi Selatan dan baru tahu tentang naskah 'I La Galigo', saking penasarannya saya terus belajar," tutur Rhoda ketika diwawancarai detikHOT, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat mempelajari komunitas bissu, Rhoda sempat disuruh membaca naskah kuno tersebut. "Saya bilang, ya bagus saya bisa pinjam. Tapi katanya ada 6.000 halaman dan dalam aksara Bugis lama, saya bilang oke. Tapi cerita belum selesai," ujar Rhoda menceritakan bersemangat.
![]() |
Dia pun pergi ke Makassar dan menyambangi Jalan Galigo dan Saweriganding. Rhoda pun bertanya kepada masyarakat sekitar namun tidak ada yang tahu mengenai nama tersebut.
"Padahal Sawerigading adalah tokoh utama dalam cerita 'I La Galigo. Saya beruntung bertemu dengan beberapa ahli 'Galigo' di Makassar dan ke Belanda yang punya naskah di Belanda, saya baca juga yang di perpustakaan," katanya.
Naskah 'Sureq Galigo' merupakan wiracarita mitos penciptaan suku Bugis abad ke-13 dan ke-15 yang terabadikan lewat tradisi lisan dan naskah-naskah. Kemudian dituliskan dalam bentuk syair menggunakan bahasa Bugis dan huruf Bugis kuno.
Di versi panggung teater yang disutradarai Robert Wilson, 'Sureq Galigo' menjadi dasar dari kisah yang menggambarkan petualangan perjalanan, kisah cinta terlarang, pernikahan yang rumit, dan pengkhianatan.
"Naskah 'I La Galigo' setiap ceritanya mengisahkan banyak rahasia dan kejutan," pungkasnya.
(tia/dal)