Hal tersebut diungkapkan oleh Sri Qadariatin atau akrab disapa Uung. Coach movement dalam produksi kali ini diwajibkan menghapal setiap detil gerakan yang ada di dalam pertunjukan.
"Jadi kami berempat mempertajam, memperhalus, dan merapikan seluruh gerakan yang ada dengan detil," ungkapnya ketika diwawancarai detikHOT di Ciputra Artpreneur, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para coach moevement dilarang untuk menambahkan maupun mengurangi satu pun gerakan. Kalaupun ada perubahan harus seizin sutradara dan produser pementasan.
![]() |
Dia pun memberikan contoh ada seorang pemain yang cedera kakinya, secara angle titik itu tidak boleh pindah.
"Kalau kita pindah tempat, lampu itu punya 1001 titik lampu. Ternyata setiap gerakan ada 1001 lampu. Kalau kodenya kelihatan satu atau pemain ada yang bengong maka kelewatan. Nggak bisa," tambah Pebri Irawan yang berperan sebagai Sawerigading.
"Kalau kamu lupa satu gerakan saja, maka melewatkan satu titik lainnya," tegas Uung.
Pertunjukan 'I La Galigo' masih berlangsung 5, 6, dan 7 Juli 2019 diselenggarakan Yayasan Bali Purnati bekerja sama dengan Ciputra Artpreneur dan Djarum Bakti Budaya Foundation.
Tonton juga: Mengintip Proses Latihan Pementasan Kelas Dunia, 'I La Galigo'
(tia/dar)