Mengintip Proses Latihan Pertunjukan Kelas Dunia 'I La Galigo'

Mengintip Proses Latihan Pertunjukan Kelas Dunia 'I La Galigo'

Tia Agnes - detikHot
Rabu, 03 Jul 2019 20:09 WIB
Foto: dok. image dynamics
Jakarta - Pertunjukan kelas dunia 'I La Galigo' segera menyapa pencinta seni Tanah Air mulai malam ini hingga 7 Juli 2019. Bertempat di Ciputra Artpreneur, pentasnya sudah mendapatkan pengakuan dunia internasional.

detikHOT pun berkesempatan menonton proses latihan 'I La Galigo' di Ciputra Artpreneur Theatre tadi sore. Tepat pukul 16.20 dari rencana awal pukul 14.30 WIB proses latihan terakhir kalinya tim 'I La Galigo' pun dimulai.

Itu adalah proses latihan sebelum manggung yang dibuka untuk umum malam ini. Latihan 'I La Galigo' pun disutradarai langsung oleh Robert Wilson yang hadir di Jakarta kali ini dan awak media bisa menyaksikannya sampai 1,5 jam lamanya.

Layar berskala besar menjadi latar dari pertunjukan 'I La Galigo'. Layar itulah yang menjadi kunci dari pencahayaan, adegan per adegan hingga penjelasan dari dialog-dialog dalam bahasa Bugis tersebut.
Mengintip Proses Latihan Pertunjukan Kelas Dunia 'I La Galigo'Foto: dok. image dynamics

Bagian pertama pertunjukan 'I La Galigo' menceritakan tentang asal muasal penciptaan dunia dari yang kosong sampai diisi oleh makhluk hidup dan manusia. Alkisah dalam naskah kuno Bugis 'Sureq Galigo', Batara Guru turun ke bumi menjadi raja dan anaknya La Tiuleng pun menggantikannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

La Tiuleng memiliki anak kembar bernama Sawerigading dan We Tanriabeng. Sejak kecil keduanya hidup terpisah, namun suatu hari Sawerigading melihat seorang perempuan cantik yang membuatnya jatuh cinta. Perempuan tak lain adalah saudara kembarnya.

"Kamu tidak boleh menikahi saudara kembarmu, tidak boleh ada perkawinan sedarah. Atau kerajaan ini akan runtuh," tutur ayahnya saat Sawerigading meminta izin.

'I La Galigo' yang merupakan karya musik-teater ini diceritakan lewat gerak tari, gerak tubuh, soundscape, dan penataan musik hasil gubahan Rahayu Supanggah. Sejak awal layar berskala besar dan penata musik yang ada di atas panggung memukau awak media.

Untuk menciptakan ekspresi yang serba dramatis, sebanyak 70 instrumen musik, mulai dari instrumen tradisional Sulawesi, Jawa, dan Bali dimainkan oleh 12 musisi. Penataan musik dan bunyi yang ada dalam pertunjukan berdurasi dua jam ini tidak main-main.

"Tahun lalu saat pembukaan IMF kami mendapatkan sambutan yang bagus. Karena itu kami tidak jadi memulangkan properti dan kostum 'I La Galigo' ke Milan. Bu Rina Ciputra pun meminta saya untuk bisa melakukan pentas di sini," ujar Ketua Yayasan Bali Purnati dan Direktur Artistik 'I La Galigo', Restu I.Kusumaningrum di Ciputra Artpreneur Theatre, Rabu (3/7/2019).

Pentas 'I La Galigo' digelar pada 3,5,6, dan 7 Juli 2019 di Ciputra Artpreneur Theatre. Tiketnya dibanderol Rp 475 ribu hingga Rp 1.850.000.





(tia/nu2)

Hide Ads