Tiba lagi di tanggal 17 Mei hari ini. Setiap tahunnya para penikmat buku merayakan momen bersejarah yang disebut dengan Hari Buku Nasional.
Perjalanan panjang tanggal 17 Mei sebagai Hari Buku Nasional bukan tanpa sebab. Pada 17 Mei 1890 silam, pendirian Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menjadi salah satu awal bersejarah yang menginisiasi momen tersebut.
Kemudian di tahun 2002, Menteri Pendidikan dari Kabinet Gotong Royong, Abdul Malik Fadjar mencanangkan adanya peresmian Hari Buku Nasional. Hadirnya momen tersebut sebagai pemacu agar minat baca masyarakat Indonesia meningkat sekaligus menaikkan penjualan buku.
Saat itu, minat baca buku masyarakat Indonesia rata-rata hanya 18 ribu judul buku ketimbang masyarakat China sebanyak 140 ribu judul buku per-tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Permasalahan minat baca yang kurang bukan salah dari masyarakatnya sendiri namun ada alasan lainnya. Yakni sulitnya akses buku ke pelosok daerah lainnya. Najwa Shihab sebagai Duta Baca Indonesia pun menyampaikan ide kepada Presiden Joko Widodo pada Mei 2017 lalu agar dapat mengirimkan buku secara gratis.
Alhasil, meski sempat ide tersebut tersendat kini di tanggal 17 setiap bulan ada pengiriman buku secara gratis lewat PT Pos Indonesia.
Di satu sisi, ada ratusan judul buku yang sukses terjual di berbagai pameran buku internasional. Setiap tahunnya Paviliun Indonesia pun eksis di berbagai pameran, seperti Frankfurt Book Fair, Bologna's Children Book Fair, Sharjah International Book Fair, hingga Maret lalu menjadi fokus pasar di London Book Fair 2019.
Di tengah riuh rendahnya perayaan Hari Buku Nasional tahun ini, kira-kira apa harapanmu terhadap dunia buku Tanah Air? Tulis di kolom komentar ya.