Paviliun Indonesia kali ini menghadirkan proyek karya seni yang berjudul 'Lost Verses: Akal Tak Sekali Datang, Runding Tak Sekali Tiba'. Karya yang dipilih tim dewan juri merupakan karya kolaboratif dari proposal Asmudjo Jono Irianto (kurator), Yacobus Ari Respati (ko-kurator), Handiwirman Saputra dan Syagini Ratna Wulan (seniman).
Wakil Kepala Bekraf dan komisioner Paviliun Indonesia, Ricky Pesik, menuturkan proses yang ditempuh Bekraf adalah membentuk tim dewan juri sejak tahun lalu. Serta mengundang seniman Indonesia untuk mengajukan konsep sampai terpilihlah tim artistik yang sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ricky Pesik, judul untuk Paviliun Indonesia kali ini memang agak maksa. "Dalam lanskap seni rupa kontemporer terjadi pertemuan wacana global dan Indonesia yang penting sekali. Ini juga kerja yang cukup panjang karena berlangsung 6 bulan, nggak pernah sepanjang ini," tuturnya.
Di Paviliun Indonesia nanti, kedua seniman yakni Syagini Ratna Wulan dan Handiwirman Saputra menghadirkan karya seni instalasi yang terdiri dari 5 komponen. Ada instalasi yang terdiri dari Meja Runding, Susunan Kabinet, Buaian, Ruang Merokok, dan Mesin Narasi.
Ke-5 komponen itu mengajak publik untuk menikmati, merasakan, dan mengajak untuk berpikir ulang tentang apa itu seni kontemporer. Karya yang dipamerkan bakal mengisi area seluas 500 meter persegi di Arsenale, gedung bekas persenjataan yang sudah berdiri sejak abad ke-15 di Venesia, Italia.
"Kami ingin memberikan pengalaman bukan pembacaan seperti pameran pada umumnya," timpal kurator, Asmudjo Jono Irianto.
Saat ini karya tim artistik Paviliun Indonesia sedang dalam perjalanan menuju Venesia. Di awal Mei, tim akan merancang Paviliun Indonesia yang nantinya bakal dibuka untuk umum pada 11 Mei.
Paviliun Indonesia di Venice Art Biennale 2019 yang didukung Bekraf dan Yayasan Design+Art Indonesia (YDAI) berlangsung selama 6 bulan hingga 24 November 2019.
(tia/nu2)