Melihat Kisah 'Mahabarata' yang Kekinian dari Teater Koma

Melihat Kisah 'Mahabarata' yang Kekinian dari Teater Koma

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 16 Nov 2018 11:13 WIB
Melihat Kisah 'Mahabarata' yang Kekinian dari Teater Koma Foto: Pementasan Mahabarata (Dok. image Dynamics)
Jakarta - Bukan Teater Koma namanya kalau tidak menghadirkan pembaruan yang membuat berdecak kagum. Lewat pertunjukan 'Mahabarata: Asmara Raja Dewa', selama 4,5 jam lamanya Teater Koma sukses membuat penonton terlarut dalam cerita pewayangan ala Nano Riantiarno, 100 persen multimedia, kemegahan artistik, serta akting para pemain yang tak diragukan lagi.

Lakon ke-154 yang ditulis Nano dan diterbitkan menjadi buku 'Mahabarata Jawa' yang diterbitkan Grasindo pada 2016 lalu itu membuat bab demi bab asal muasal penciptaan manusia. Pertanyaan sederhana antara ayam atau telur yang lahir duluan ada dalam cerita.

Di panggung 'Mahabarata', lakon dimulai dari narator yang membicarakan tentang adanya Tiga Dunia: Mayapada (dunia atas), Madyapada (dunia gelap), dan Marcapada (dunia bawah). Terjadi perang dahsyat perebutan kekuasaan antara Idajil dan Hyang Tunggal, pewaris Wenang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Hyang Tunggal dinikahkan dengan Dewi Rekatawati dan menurunkan sebutir telur. Atas kuasa Wenang, telur pecah dan lahirlah tiga dewa bagus. Yang lahir dari kulit bernama Antaga, yang lahir dari putih diberi nama Ismaya, dan yang lahir dari kuning diberi nama Manikmaya. Ari-arinya merupakan jelmaan dewa yang kerap tertawa dan bernama Manan.

Melihat Kisah 'Mahabarata' yang Kekinian dari Teater KomaMelihat Kisah 'Mahabarata' yang Kekinian dari Teater Koma Foto: Pementasan Mahabarata (Dok. image Dynamics)


Keempatnya juga tak luput dari perebutan kekuasaan dengan sebutan 'Paling Tua'. Yang tua itulah bakal menjadi penerus dari kerajaan.

Teater Koma tak ingin menghadirkan peseteruan di antara penguasa Tiga Dunia saja. Namun lakon 'Mahabarata' menjurus pada kisah Batara Guru yang menjaga perdamaian Tiga Dunia.

"Ini adalah lakon lama, kisah lama, tapi masih sangat memikat. Ini lakon para Dewa dan kemudian lakon penciptaan manusia atau Genesis. Lakon ini tidak masuk kepada pakem. Ini lakon yang sumbernya bisa dari mana saja, maka tak heran jika kali ini Tanah Batak, Bugis, Toraja, Bali bahkan Yunani, Mesopotamia, dan Afrika menjadi sumber yang mampu menciptakan berbagai jenis seni dan daya kreativitas manusia," tutur Nano Riantiarno di Graha Bhakti Budaya, kompleks TIM, Kamis (15/11).


Melihat Kisah 'Mahabarata' yang Kekinian dari Teater KomaMelihat Kisah 'Mahabarata' yang Kekinian dari Teater Koma Foto: Pementasan Mahabarata (Dok. image Dynamics)


'Mahabarata' berlanjut kepada kisah percintaan Batara Guru sampai perpecahan Tiga Dunia yang berakibat pada kesalahannya di masa lalu. Jangan takut selama 4,5 jam lamanya, cerita 'Mahabarata' bakal membosankan seperti lakon-lakon pewayangan lainnya.

Nano Riantiarno dan tim Teater Koma berusaha menghadirkan kekinian dengan multimedia dan digital yang hampir 100 persen. Benar saja, selama itu pula penonton akan melihat multimedia yang masuk ke dalam adegan, pertengkaran antar dua pihak lebih menarik dengan animasi. Mata penonton seakan dimanjakan oleh gemerlapnya animasi.

Sebagian besar pertunjukan menggunakan unsur multimedia di 26 adegan. Bahkan penonton pun seakan menunggu akan hadirnya kejutan lainnya, akan ada animasi dan multimedia apa lagi setelah ini.

Melihat Kisah 'Mahabarata' yang Kekinian dari Teater KomaMelihat Kisah 'Mahabarata' yang Kekinian dari Teater Koma Foto: Pementasan Mahabarata (Dok. image Dynamics)


Kostum rancangan tim Rima Melati pun tak mau ketinggalan. Di beberapa kostum ada yang menyala sehingga membutuhkan daya baterai.

"Latihan kita kali ini ekstrak, karena harus menyamakan animasi dengan drama para pemain. Namun dengan hasil yang seperti ini, saya sudah puas sekali, walau masih ada beberapa kekurangan," ungkap Nano.



Lakon ini menjadi pembuka bagi semesta 'Mahabarata' lainnya yang bakal dipentaskan oleh Teater Koma. Meski belum tahu naskah berikutnya, namun dalam pikirannya Nano sudah merencanakan sekuel dari 'Mahabarata' lainnya sehingga memasukkan kisah Dewi Sri hingga Arjuna.

Melihat Kisah 'Mahabarata' yang Kekinian dari Teater KomaMelihat Kisah 'Mahabarata' yang Kekinian dari Teater Koma Foto: Pementasan Mahabarata (Dok. image Dynamics)


Kalau ada yang menanyakan lakon 'Mahabarata' yang dipentaskan Teater Koma berbekal dari mana? Nano Riantiarno bakal mantap menjawab, "Ini lakon Mahabarata versi Teater Koma, versi Nano Riantiarno."

Produksi terbaru Teater Koma berlangsung pada 16-25 November 2018 di Graha Bhakti Budaya, kompleks TIM. Seperti nama Teater Koma yang tanpa titik, maka produksi-produksi selanjutkan bakal turut hadir meramaikan panggung teater Tanah Air. Tanpa henti, sampai 41 tahun berikutnya dan regerenasi selamanya.


(tia/doc)

Hide Ads