'Cantik Itu Luka' diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Jendela dan Akademi Kebudayaan Yogyakarta di tahun 2002. Novel ini dirilis lagi oleh GPU pada 2004.
"Salah satu tantangan paling menarik dari sebuah buku adalah, apakah ia bisa tetap diterima oleh generasi pembaca yang berbeda? Cantik Itu Luka sudah berumur 15 tahun, tentu sangat menyenangkan bagi saya penulisnya, melihat buku ini sampai ke tangan generasi yang berbeda," kata Eka dalam keterangan pers yang diterima, Kamis (21/12/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai saat ini, 'Cantik Itu Luka' telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 30 bahasa. Termasuk Korea, Polandia, Spanyol, Swedia, Vietnam, termasuk bahasa Jepang sebagai negara pertama yang menerjemahkannya.
Editor Senior bidang Sastra Gramedia Pustaka Utama, Mirna Yulistianti, mengatakan keberhasilan 'Cantik Itu Luka' tak diragukan lagi. "Satu karya, 15 tahun, 34 bahasa, ribuan pembaca; Cantik Itu Luka adalah sebuah pencapaian yang penting dalam Sastra Indonesia. Tak hanya bagi penulis dan penerbit, juga untuk Indonesia," tutur Mirna.
Novel 'Cantik Itu Luka' menceritakan tentang pelacur cantik bernama Dewi Ayu yang bangkit dari kematiannya. Perpaduan antara epik keluarga yang dibalut romansa, kisah hantu, kekejaman politik, mitologi, dan petualangan khas Indonesia menjadi daya tarik tersendiri.
Novel yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul 'Beauty is a Wound' terpilih sebagai pemenang World Readers' Award 2016 di Hong Kong.
(tia/dal)