Pameran 'Banda, Warisan untuk Indonesia' yang mengusung subtema 'Pala dan Perjanjian Breda, 1667-2017' menyoroti sejarah Banda sebagai penghasil rempah yang kaya. Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid mengatakan Banda menjadi bagian penting dari wilayah Indonesia.
"Yang dalam sejarahnya telah mengubah tatanan dunia sebagai penghasil rempah dan akar budaya maritim Indonesia," kata Hilmar Farid dalam keterangan pers yang diterima, Senin (25/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Yayasan Warisan dan Budaya Banda Neira Tanya Alwi turut menambahkan pameran ini terinspirasi dsari 350 tahun Perjanjian Breda.
"Kami berharap pameran ini dapat meningkatkan kesadaran dalam menghargai dan melestarikan kekayaan alam dan budaya Banda, dan memberikan inspirasi untuk membangun Banda berbasis kemasyarakatan agar Banda dapat memberikan dampak secara nasional maupun internasional," ungkapnya.
Seniman-seniman yang berpartisipasi di antaranya adalah Hanafi, Titarubi, I Made Wianta, Beatrice Glow dari New York, Isabelle Boon dari Belanda, dan Jez O'Hare dari Inggris. Tim kurator yang terlibat dalam pameran ini adalah Wim Manuhutu, Sadiah Boonstra, Wieske Sapardan, dan Siti Halimah.
Pada Selasa (3/10) mendatang, akan digelar seminar bertajuk 'Banda Dulu, Kini, dan Besok' dengan narasumber dari Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, sejarahwan Mona Lohanda, Pendiri Yayasan Warisan Budaya Banda Tanya Alwi, seniman Titarubi, dan Bonnie Triyana.
Pameran 'Banda, Warisan untuk Indonesia' berlangsung di Gedung C Galeri Nasional Indonesia pada 20 September - 4 Oktober 2017.