Serangkaian acara pun digelar, mulai dari pentas lakon 'KOK di Teater Kecil, TIM, pelombaan monolog hingga peluncuran buku di Galeri Indonesia Kaya yang terletak di pusat perbelanjaan mall terbesar di ibukota.
Kelompok teater tersebut didirikan oleh Putu Wijaya bersama beberapa seniman yang kerap ada di Taman Ismail Marzuki. Di tahun 1974, mereka mementaskan lakon berjudul 'Aduh'. Saat itu baik di TIM maupun Gedung Kesenian Jakarta, Teater Mandiri konsisten menggelar pementasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata 'Mandiri' artinya sanggup berdiri sendiri. Filosofi ini yang menjadi pijakan Teater Mandiri untuk terus beraktivitas, berkarya, dan 'bertolak dari yang ada'.
Baca Juga: Pertunjukan 'KOK' Tandai 44 Tahun Teater Mandiri
Ajakan ini membuat anggota kelompok Teater Mandiri belajar menerima, menghayati apa yang ada, dan mengoptimalkan pencapaiannya. Hampir seluruh naskah yang dipentaskan ditulis dan disutradarai Putu Wijaya.
Sejak berdiri hingga sekarang, tercatat hanya dua kali Teater Mandiri mementaskan naskah lain, yakni The Coffin Is Too Big for The Hole karya Kuo Pao Kun (Singapura) untuk Festival Asia di Tokyo (2000), serta 'Kereta Kencana' karya WS. Rendra (2009) dalam rangka memperingati 100 hari wafatnya Rendra.
Usia Putu pun terbilang sudah tak lagi muda, tapi semangatnya berkarya tetap ada. "Alhamdulillah, sehat dan masih terus menulis lewat Blackberry," katanya terkekeh.
Pentas 'KOK' masih bisa ditonton nanti malam di Teater Kecil, TIM pada pukul 20.00 WIB. Kemudian, lomba pembacaan puisi (babak penyisihan) di Galeri Indonesia Kaya (GIK) pada 11-12 Agustus. Serta tanggal 14 Agustus, final sekaligus pemberian hadiah pemenang lomba Pembacaan Puisi dan Penampilan Monolog dan peluncuran buku 'Teror Mental' di lokasi yang sama.
(tia/mmu)