You People adalah jenis film yang kalau rilis dua dekade sebelumnya akan dianggap sesuatu yang revolusioner. Ia menawarkan hiburan dengan tema penting. Rilis di tahun 2023, film yang dibintangi oleh Jonah Hill ini terasa seperti obrolan Twitter yang dijadikan skrip.
Memang tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Pertanyaannya adalah apakah pembuatnya berhasil merangkum diskursus ini menjadi sesuatu yang terasa genuine serta sincere dan bukannya ngikut tren saja?
Ditulis oleh Kenya Barris dan Jonah Hill, You People adalah romantic comedy (dengan penekanan ke komedi) tentang dua orang jatuh cinta yang bermasalah dengan orang-orang di sekitarnya. Tokoh utama kita tidak ada masalah dengan cinta mereka. Yang menjadi masalah nantinya adalah keluarga mereka, dalam kasus ini adalah orang tua masing-masing.
Jonah Hill berperan sebagai Ezra Cohen, seorang mas-mas pekerja kantoran biasa yang sebenarnya punya jiwa kreatif sangat tinggi (karena ini tahun 2023 maka ia ingin menjadi podcaster). Ia mencintai musik hip hop dan sneakers. Keluarganya termasuk keluarga Yahudi yang taat. Ibunya, Shelley (Julia Louis-Dreyfus) dan bapaknya, Arnold (David Duchovny), lebih ingin agar Ezra punya hidup tidak luntang-lantung.
Tentu saja Ezra pertama kali bertemu dengan Amira (Lauren London) dengan ketidaksengajaan yang kocak. Karena film ini membahas soal clash culture, maka Amira langsung menuduh Ezra rasis padahal sopir taksi online yang dipesan oleh Ezra memang mirip dengan Amira. Keduanya ternyata sama-sama suka hip hop yang membuat mereka dengan cepat jatuh cinta. Orang tua Amira, Akbar (Eddie Murphy) dan Fatima (Nia Long), sayangnya adalah African American muslim yang keras. Tinggal menunggu waktu sebelum bom meledak.
Tidak ada masalah dengan meramu ulang resep lama. Kalau Anda sudah menonton Guess Who (baik versi Sidney Poitier atau versi Ashton Kutcher dan Bernie Mac) atau Meet The Parents, pasti Anda sudah bisa membayangkan seperti apa You People. Campurkan film tersebut dengan jokes kekinian ala Kenya Barris dan jadilah You People.
Sebenarnya tidak ada masalah dengan jokes woke atau isu-isu kekinian. Yang justru mengurangi "rasa" film ini adalah bagaimana jokes-jokes itu meluncur tanpa ada motivasi sama sekali. Rasanya seolah-olah pembuatnya hanya membahas jokes itu (dari soal vaksin, kekerasan polisi sampai gerakan Black Lives Matter) agar supaya terlihat relevan, kekinian. Semua social commentary yang ada dalam You People terasa seperti di permukaan saja. Hal yang lebih penting seperti plot atau karakter malah tidak dipikirkan dengan matang. Kalau Anda kedip, karakter yang dimainkan Nia Long dan terutama David Duchovny rasanya seperti tempelan saja. Belum lagi hubungan Ezra dan Amira yang sama sekali tidak spesial.
Skrip yang kurang mantap itu (apalagi kalau Anda bandingkan dengan beberapa episode Black-ish yang sangat kuat dalam memadukan drama dengan jokes yang woke) pada akhirnya membuat para pemainnya (yang semuanya bintang kelas atas) menjadi agak kurang bersinar. Jonah Hill memang tidak buruk tapi karakternya kurang mentereng sebagai pemeran utama. Julia Louis-Dreyfus yang sudah terbukti andal juga tidak bisa membuat Shelley terlihat tiga dimensional. Mungkin dari semua pemain hanya Eddie Murphy yang masih mampu membuat karakternya mencuri perhatian. Reaksinya terhadap semua situasi tetap on point dan berhasil memancing tawa. Kalau tidak ada dia, film ini pasti akan garing sekali.
Sebagai sebuah romcom biasa, You People memang masih oke. Seperti produk Netflix yang lain, ia tampil menyenangkan secara audio-visual. Ini jenis film yang cocok dinikmati di akhir pekan sambil bersantai karena Anda tidak perlu memikirkan apapun saat menyaksikan dramanya. Tapi sebagai sebuah film yang inginnya membahas isu yang serius, You People agak terseok-seok. Kenya Barris harusnya bisa menyajikan santapan yang lebih segar dari ini.
You People dapat disaksikan di Netflix.