Saat penulis dan sutradara Han Jae-rim membuat Emergency Declaration, mungkin dia tidak akan tahu kalau skenario yang ia buat sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Tidak ada yang tahu dunia terhenti sejenak gara-gara pandemi COVID-19 dan ketakutan itulah yang ditangkap Han Jae-Rim dalam film ini. Dengan visual sederhana, debu di atas udara, Anda tahu bahwa ketakutan semua karakter dalam film ini nyata adanya.
Emergency Declaration dari awal sudah mengajak penonton untuk lari karena ia tidak berbasa-basi untuk masuk ke dalam teror yang ia siapkan. Lee Byung-hun berperan sebagai Jae-hyuk, seorang bapak yang sedang menemani anaknya untuk pergi ke Hawaii. Sementara itu aktor veteran Song Kang-ho yang kemarin kita lihat bersinar dalam Broker berperan sebagai In-ho, seorang detektif yang menyelidiki sebuah pesan aneh yang terunggah di sosial media malam sebelumnya. Seorang lelaki misterius mengatakan bahwa dia akan melakukan teror di pesawat dan tak akan ada yang bisa mencegahnya.
Sementara anak buahnya In-ho mencoba untuk meyakinkan bosnya bahwa video tersebut mungkin hanya video iseng, In-ho menghabiskan pagi itu dengan melakukan penyelidikan terhadap video tersebut. Sebagai detektif senior, firasatnya benar. Lelaki dalam video itu memang benar-benar menyiapkan teror. Bekerja di sebuah laboratorium, ia menyelundupkan sebuah virus yang akan berkembang dan menghabisi siapapun. Bayangkan virus ini dilepaskan dalam pesawat yang tertutup. Sudah bisa dibayangkan betapa kacaunya skenario ini. Untuk membuat suasana lebih runyam, istri In-ho ada di dalam pesawat itu. Dan sekarang semua orang panik untuk menyelamatkan semua penumpang di pesawat itu. Pertanyaannya adalah bagaimana menyelamatkan penumpang yang sudah tertular sebuah virus yang sangat menular?
Sutradara dan penulis Han Jae-rim tahu benar bagaimana cara mempersembahkan Emergency Declaration kepada penonton karena film ini dari sejak detik pertama sudah memberikan aura ketegangan. Kameranya tidak pernah diam. Han Jae-rim menggunakan handheld kamera untuk membuat suasana menjadi menegangkan. Kadang ia memaksa sinematografernya untuk masuk ke dalam mobil dalam sebuah adegan pengejaran untuk memberikan sense real time. Waktu dalam Emergency Declaration adalah musuh utama. Upaya ini ada hasilnya karena Emergency Declaration tidak pernah membiarkan penonton untuk bersantai ria.
Yang kemudian membuat Emergency Declaration agak sedikit berbeda dengan thriller serupa buatan Hollywood adalah kemampuannya untuk membuat saya sebagai penonton benar-benar peduli dengan karakter-karakternya yang tidak sedikit. Han Jae-Rim sengaja membuat drama tarik ulur yang meyakinkan sehingga di bagian terendah film ini (sebelum akhirnya Emergency Declaration mengajak Anda untuk merasakan katarsis), Anda akan merasakan ketulusan yang dirasakan oleh karakter-karakternya saat mereka bersiap menemui skenario terburuk. Ini memang manipulasi tapi Korea Selatan sudah terkenal dengan kemampuannya untuk memanipulasi penonton dengan sangat baik. Dan Han Jae-Rim bukan pengecualian.
Dengan bujet yang tidak murah (sekitar 26 miliar won), Emergency Declaration terlihat sangat megah dan meyakinkan. Han Jae-rim bisa memanfaatkan berbagai jenis ruang untuk membuat saya tetap duduk tegang di kursi bioskop. Dari jalanan, laboratorium sampai terutama interior pesawat, Han Jae-rim menangkap semuanya dengan lincah. Bagian paling menakjubkan mungkin adalah bagaimana pembuat film ini berhasil membuat saya merasa benar-benar berada di dalam pesawat, terutama di adegan-adegan spektakuler yang tidak ingin Anda alami saat terbang beneran. Dari turbulensi sampai pesawat yang mau jatuh (ini bukan spoiler karena ada di trailer), Anda akan merasakannya karena visual film ini tokcer sekali.
Emergency Declaration memang hanya sekedar film hiburan yang menyenangkan. Tapi ia akhirnya menjadi sebuah tontonan yang sangat apik berkat permainan aktor-aktornya yang prima. Song Kang-ho lebih dari kompeten untuk menjadi detektif dan suami yang solid. Lee Byung-hun bisa memberikan informasi hanya dengan ekspresi wajah. Jeon Do-yeon sungguh meyakinkan menjadi menteri sementara Kim Nam-gil akan membuat Anda berharap dia bisa menjadi pilot yang baik. Kalau Kim So-jin membuat hati tenang dengan perannya sebagai pramugari yang kompeten, Im Si-wan akan membuat Anda merinding karena semua dialog yang dia ucapkan lebih dari sekadar mengerikan.
Bagi penyuka thriller, Emergency Declaration jelas tidak bisa dilewatkan. Ini adalah hiburan kelas wahid yang layak dirayakan di kegelapan bioskop. Begitu pintu pesawat ditutup, saya yakin, Anda akan merasakan getarannya.
Emergency Declaration dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.
---
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(aay/aay)