Senior Year bukan film tentang time travel meskipun premisnya memiliki sedikit kemiripan konsep. Stephanie Conway (diperankan oleh Angourie Rice ketika ia masih remaja dan Rebel Wilson ketika ia sudah menjadi dewasa) adalah seorang siswa pindahan dari Australia yang sekarang menetap di Amerika.
Tidak ada yang ia inginkan di dunia ini selain menjadi populer. Menjadi pusat perhatian dan punya pacar cakep adalah mimpinya. Dia akan melakukan semuanya demi mendapatkan ini, termasuk menghiraukan sahabat-sahabat dekatnya.
Usaha Stephanie akhirnya menjadi kenyataan. Dia dianugerahi tubuh yang bagus, wajah yang cantik dan kepopuleran di tingkat tertinggi. Tidak ada yang tidak tahu namanya. Pacarnya, Blaine (Tyler Barnhardt), cakep sekali. Dan sebentar lagi ia akan mendapatkan mahkota Prom Queen. Semuanya sudah tepat, semuanya sudah sesuai rencana. Kecuali fakta bahwa ada beberapa siswa yang sirik dengan Stephanie dan sebulan sebelum kelulusannya Stephanie terjatuh dan akhirnya jatuh koma. Ketika dia terbangun dua dekade kemudian, semuanya berubah. Ia masih mengira dirinya seperti dulu kala sementara dunia sudah berjalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekarang Stephanie punya kesempatan untuk mengulangi SMA-nya sekali lagi.Kalau Anda pernah menonton film coming-of-age dengan tema sejenis, apa yang ditawarkan oleh Senior Year bukanlah barang baru. Ada berbagai kopi dari variasi berbeda-bukanlah-hal-yang-buruk atau tema aku-ingin-menjadi-relevan. Resep yang basi sebenarnya tetap akan menjadi tontonan yang segar kalau penulisnya mau menawarkan sesuatu yang unik, semisal karakter utama yang lebih tiga dimensional atau problem yang lebih dalam. Atau penggarapan yang lebih serius. Sayangnya semua hal tersebut tidak akan Anda dapatkan dalam Senior Year.
Ditulis oleh Andrew Knauer, Arthur Pielli dan Brandon Scott Jones, opening Senior Year sudah mengingatkan saya akan Easy A tapi tanpa punchline yang menohok. Kalau film yang dibintangi oleh Emma Stone itu bisa tetap menghibur berkat dialog-dialognya yang luar biasa lucu dan permainan bintang utamanya yang sangat commit, Senior Year menggunakan konsep 'ngobrol ke penonton' hanya untuk menunjukkan bahwa Stephanie sudah ikut dengan tren generasi zaman sekarang.
Sejauh ini Senior Year masih tetap enak diikuti meskipun hampir semua adegan atau plotnya bisa Anda tebak. Tentu saja karena perkembangan zaman antara Stephanie muda dan Stephanie sekarang sangat jauh, akan ada banyak adegan soal penjelasan apa budaya anak zaman sekarang. Ini sebenarnya bisa diolah menjadi ha-hal yang unik sebenarnya. Sayangnya penulisnya memilih untuk menggunakan cara paling mudah (Stephanie kerap menggunakan jargon-jargon yang out of date atau bagaimana 'woke'-nya anak jaman sekarang yang mengganggu Stephanie).
Sutradara Alex Hardcastle sepertinya tahu bahwa Senior Year hanya sekedar tontonan akhir pekan yang ringan sehingga dia tidak menambahi film ini dengan substansi-substansi yang membuat film ini lebih daripada semestinya. Seperti request dari Netflix, dia mempersembahkan Senior Year dengan gambar yang terang benderang dan visual yang memanjakan mata. Kalau pun dia tidak berhasil membuat adegan-adegan yang lebih menyentuh, setidaknya dia sudah effort untuk mereka ulang video klip Britney Spears yang You Drive Me Crazy karena memang nostalgia menjadi modal utama Senior Year untuk melaju.
Dengan cerita yang sangat standar (tentu saja ada bagian cinta lama bersemi kembali atau teman yang dulunya dicuekin sekarang kelihatan lebih menarik dari pacar yang ternyata sekarang menyebalkan), Rebel Wilson tampil sekenanya saja. Ada lebih banyak film dengan penampilan Wilson yang jauh lebih berkesan (seperti Pitch Perfect misalnya atau bahkan Bridesmaids yang terasa seperti cameo tapi memberikan kesan yang sangat mendalam). Chemistry-nya dengan Sam Richardson juga kurang kuat untuk membuat penonton salah tingkah di depan televisi. Meskipun begitu, adegan beratemnya dengan Zoe Chao yang kebagian peran sebagai musuh utama, lumayan membuat Senior Year menjadi seru untuk ditonton.
Senior Year adalah sebuah film remaja untuk kalian semua yang tumbuh dengan budaya pop era 90-an dan awal 2000-an. Kalau Anda gemar menonton film-film seperti Princess Diaries dan menyukai sekali boyband pada masa itu, Senior Year diciptakan untuk Anda. Film ini memang miskin gizi dan lebih fokus pada faktor nostalgianya saja. Tapi sebagai tontonan ringan akhir pekan, Senior Year lumayan membantu untuk recharge.
Senior Year dapat disaksikan di Netflix
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(dal/dal)