Review Marry Me: Ketika Rakyat Jelata Menikah dengan Idol

ADVERTISEMENT

Review Marry Me: Ketika Rakyat Jelata Menikah dengan Idol

Candra Aditya - detikHot
Selasa, 15 Feb 2022 13:04 WIB
Marry Me diperankan Jennifer Lopez dan Owen Wilson, sebuah komedi romantis yang menyenangkan.
(Foto: dok. Universal Pictures) Chemistry Jennifer Lopez dan Owen Wilson yang saling mengisi membuat Marry Me menjadi romantic comedy yang tidak bisa dilewatkan begitu saja!
Jakarta -

Kat Valdez (Jennifer Lopez) adalah seorang super-duper-mega-bintang yang bertunangan dengan penyanyi terkenal Bastian (Maluma). Seperti layaknya superstar, semua aspek dalam hidup mereka adalah sebuah event yang harus diabadikan, termasuk pernikahan mereka yang akan dilakukan di konser dan disiarkan ke seluruh dunia. Katanya 20 juta orang sudah siap untuk menonton pernikahan dua bintang ini.

Di malam konser, sebelum Kat dan Bastian menyanyikan lagu duet mereka (yang tentu saja judulnya adalah "Marry Me"), muncul berita tidak sedap tentang Bastian. Page Six menyiarkan video Bastian yang sedang ciuman dengan asisten Kat. Karena sekarang adalah zaman semua orang memegang smartphone, berita menyebar cepat seperti virus. Kat sudah memakai gaun pengantin saat dia melihat video menyakitkan tersebut. Kemudian dia melakukan sesuatu yang tak disangka-sangka.

Untuk menyelamatkan muka dan juga karena dia tidak bisa menahan kekecewaannya, Kat menunjuk seorang penonton random yang kebetulan memegang papan bertuliskan "marry me" untuk beneran menikah dengannya. Yang memegang papan itu adalah Charlie Gilbert (Owen Wilson), seorang duda dan juga guru matematika yang sama sekali clueless tentang dunia Kat. Di depan jutaan orang mereka beneran menikah dan tentu saja media langsung membombardir Kat dengan berbagai pertanyaan. Apakah ini hanya sekedar aksi? Atau ini adalah awal dari sebuah kisah cinta yang tulus?

Baca juga Tulisan Candra Aditya lainnya: Death On The Nile: Poirot Kembali Lagi

Diadaptasi dari novel grafis berjudul sama karya Bobby Crosby, Marry Me adalah sebuah komedi romantis yang tahu dari awal bahwa dia sedang berjualan fantasi. Dari awal film diputar sampai end credit bergulir, film ini sadar sekali bahwa ia sedang menceritakan sebuah kisah yang terlalu konyol untuk jadi kenyataan. Dan kesadaran itu ternyata yang membuat Marry Me terasa tulus.

Sutradara Kat Coiro dengan ciamik merekam Marry Me tanpa pretensius meskipun kalau mau dibandingkan dengan film komedi romantis yang premisnya juga mirip (Notting Hill), Marry Me terlihat jauh lebih bling bling. Kalau Notting Hill jauh lebih low-key dan merekam kisah cinta mereka dengan momen-momen kecil yang hangat, adegan-adegan yang ada di Marry Me semuanya besar. Tapi dalam konteks film ini semuanya masuk akal karena Kat Valdez digambarkan sebagai bintang raksasa.

Coiro menggambarkan kesibukan Valdez dengan realistis. Dikelilingi oleh asisten, manajer, stylist, makeup artist, orang-orang sosial media dan juga kamera behind the scene, dunia Kat Valdez sangat berisik. Hidupnya tidak pernah sepi dan "menginjak tanah". Suasana yang sungguh ramai ini kemudian ia kontraskan dengan dunia Charlie yang sangat sepi. Tidak hanya ia adalah guru matematika yang sangat sederhana, hidupnya yang berputar di anak satu-satunya, Lou (Chloe Coleman), sahabatnya Parker (Sarah Slverman) dan anjingnya. Ketika mau tidak mau keduanya harus masuk ke dunia masing-masing, perubahannya sangat terasa dan hasilnya lumayan menyenangkan untuk dilihat.

Marry Me diperankan Jennifer Lopez dan Owen Wilson, sebuah komedi romantis yang menyenangkan.Marry Me diperankan Jennifer Lopez dan Owen Wilson, sebuah komedi romantis yang menyenangkan. Foto: dok. Universal Pictures

Marry Me tentu saja menjual kisahnya dengan bling bling belakang layar mega-star seperti Jennifer Lopez. Dan di film ini penonton memang akan melihat momen-momen seperti persiapan konser atau adegan-adegan red carpet. Tapi Marry Me justru terasa lebih gemasnya ketika ia fokus dengan hal-hal yang sederhana seperti Kat dan Charlie jalan kaki berdua atau ketika Kat mau menemani Charlie untuk menjadi chaperone di pesta dansa. Momen-momen sederhana itu yang akhirnya membuat Marry Me menjadi terasa nyata meskipun tidak sedikit momen di film ini yang akan membuat Anda memutar bola mata Anda.

Keberhasilan Marry Me untuk menjadi tontonan yang menyenangkan sebenarnya bisa dilihat dari kedua pemeran utamanya. Ini memang bukan pertama kalinya Jennifer Lopez bermain dalam genre komedi romantis tapi disini ia tetap bisa menjual kisah cinta yang tidak masuk akal ini dengan ketulusan yang tak terbendung. Hasilnya adalah saya sebagai penonton akhirnya ikutan masuk ke dalam cerita meskipun ini adalah fantasi.

Terang benderang pesona Jennifer Lopez kemudian diimbangi dengan aura down-to-earth Owen Wilson. Wilson tahu benar bagaimana cara menarik simpati penonton dengan aura kebapakan yang sangat baik. Menyaksikan Charlie untuk berusaha menarik di mata anak semata wayangnya yang sedang ada di fase menuju dewasa lumayan membuat saya sebagai penonton peduli dengan karakternya. Sosoknya yang begitu polos akhirnya menjadi kontras yang sangat bagus ketika dia akhirnya harus masuk ke dunia Kat Valdez yang berisik. Tapi kesederhanaan Charlie juga ternyata akhirnya menjadi kekuatan dia yang besar karena ia berhasil membuat Kat Valdez merasakan hal yang selama ini tidak ia rasakan. Chemistry Jennifer Lopez dan Owen Wilson yang saling mengisi akhirnya membuat Marry Me menjadi romantic comedy yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Kalau Anda suka dengan film-film seperti ini, Marry Me akan membuat Anda tersenyum-senyum senang selama dua jam.

Marry Me dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.

--

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.

(aay/aay)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT