The Suicide Squad: Keseruan Total Tanpa Batas

The Suicide Squad: Keseruan Total Tanpa Batas

Candra Aditya - detikHot
Sabtu, 18 Sep 2021 12:37 WIB
The Suicide Squad
Foto: (dok. Warner Bros)
Jakarta -

Dalam sebuah pembukaan tanpa basa-basi yang spektakuler, James Gunn dengan cepat seolah mengatakan kepada penonton untuk melupakan Suicide Squad versi David Ayer yang dirilis lima tahun lalu. Yang satu ini tidak seperti sebelumnya yang main aman dan sok-sokan edgy padahal dia sebenarnya adalah anak baik-baik. The Suicide Squad versi Gunn benar-benar menggunakan rating dewasa dengan maksimal sehingga ketika para karakternya mengatakan bahwa mereka adalah orang yang kurang baik, penonton akan langsung melihat bahwa ada alasan kenapa para superhero ini (atau anti-hero?) berada di balik penjara.

Tidak seperti plot Suicide Squad lima tahun lalu yang sederhana tapi terasa sangat njelimet, The Suicide Squad versi Gunn ceritanya sangat sederhana. Amanda Waller (sekali lagi diperankan oleh Viola Davis, lebih kejam dan lebih tegas daripada sebelumya) mempunyai misi baru untuk para sekumpulan pahlawan ini. Mereka harus pergi ke negara bernama Corto Maltese untuk memusnahkan sebuah laboratorium dari zaman dulu di daerah bernama Jotunheim. Laboratorium tersebut konon punya proyek rahasia bernama Proyek Starfish.

Premis yang sederhana ini kemudian dikembangkan dengan Gunn dengan kepercayaan diri tingkat tinggi sehingga The Suicide Squad menjadi salah satu film terbaik yang Anda tonton tahun ini. Percayalah, tidak ada satu pun momen dalam The Suicide Squad yang membosankan. Semuanya menyenangkan. Sangat penuh dengan kekerasan dan sama sekali tidak ditujukan untuk penonton anak-anak tapi sangat menggembirakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

The Suicide SquadThe Suicide Squad Foto: (dok. Warner Bros)

Susah untuk tidak membandingkan The Suicide Squad dengan film sebelumnya karena mereka berbagi dunia dan karakter yang sama. Tapi meskipun mereka mempunyai banyak kesamaan, kedua film tersebut juga terasa seperti langit dan bumi. Kalau versi Ayer terasa seperti anak baik-baik yang berpura-pura menjadi anak nakal (lengkap dengan soundtrack yang tidak pernah stop), versi Gunn dari awal langsung menunjukkan bahwa ini memang sebuah cerita tentang para anti-hero yang beneran nakal, bukan cuman pura-pura.

Dalam sebuah opening yang sangat efektif, Gunn tidak hanya mengenalkan penonton terhadap karakter-karakter baru (Michael Rooker sebagai Savant, Pete Davidson sebagai Blackguard, Nathan Fillion sebagai TDK, Sean Gunn sebagai Weasel, Flila Borg sebagai Javelin dan Maylin Ng sebagai Mogal) sekaligus mengenalkan lagi karakter lama dengan bungkusan baru (Margot Robbie sebagai Harley Quinn, Joel Kinnman sebagai Rick Flag dan Jai Courtney sebagai Boomerang) tapi juga langsung memberi pesan tegas kepada penonton bahwa ini tidak seperti film sebelumnya. Kalau film sebelumnya Ayer sok-sokan mengingatkan bahayanya misi mereka, Gunn tanpa tedeng aling-aling menghabisi para anti-hero ini tanpa kedip. Bersiaplah untuk menyaksikan kematian para anti-hero ini (dan juga rakyat jelata biasa) dengan adegan-adegan yang dibuat dengan begitu kejam sekaligus kocak.

ADVERTISEMENT

Ngomong-ngomong soal kocak, Gunn juga merubah total tone film ini. DC yang selama ini terkesan kaku dan serius dalam mempersembahkan film-film mereka (tentu saja untuk membedakan produk mereka dengan produk Marvel), memberi lampu hijau kepada Gunn untuk membuat apapun yang dia mau. Dan hasilnya adalah sebuah keriaan yang sangat menyenangkan. Sebenarnya Birds of Prey juga melakukan hal yang sama, hanya saja hasilnya mungkin tidak seliar Gunn. Dengan rating dewasa, Gunn berhasil melakukan kegilaan yang Marvel mungkin tidak bisa melakukannya. Satu-satunya lawan Gunn dalam kasus ini mungkin adalah franchise Deadpool. Tapi bahkan dibandingkan dengan dua film Deadpool, The Suicide Squad jauh lebih gila-gilaan dalam menjual jokes-nya. Salah satu kekurangan The Suicide Squad bisa jadi adalah saking banyaknya jokes, adegan-adegan yang emosional jadi kurang esensinya.

Adegan The Suicide Squade dibocorkan di event DC FanDomeAdegan The Suicide Squade dibocorkan di event DC FanDome Foto: The Suicide Squad (dok. Warner Bros.)



Yang juga mengesankan dalam The Suicide Squad adalah bagaimana cara Gunn membuat saya peduli dengan karakter-karakternya yang tidak sedikit. Selain Harley Quinn dan Rick Flag, penonton berkenalan dengan Bloodsport (Idris Elba), Peacemaker (John Cena), Nanaue/King Shark (disuarakan oleh Sylvester Stallone), Polka-Dot Man (David Dastmalchian) dan Ratcatcher 2 (Daniela Melchior). Dalam film ini, Gunn tidak hanya berhasil mendefinisikanulang karakter garing seperti Rick Flag tapi dia juga membuat karakter-karakter baru ini terasa seperti teman lama. Mereka melengkapi satu sama lain. Seperti halnya karakter-karakternya yang langsung menerima satu sama lain dengan tangan terbuka, saya sebagai penonton langsung peduli dengan nasib mereka. Dan ini penting karena seperti yang Gunn tegaskan di awal film, siapa saja bisa mati.

Karakter-karakter tersebut tentu saja tidak akan bersinar tanpa bantuan pemainnya yang sangat top notch. Margot Robbie yang memerankan Harley Quinn untuk ketiga kalinya dalam tiga film yang berbeda semakin mengukuhkan diri bahwa tak ada yang bisa memerankan karakter ini sebaik dia. Idris Elba sangat kharismatik dan tangguh. John Cena tidak pernah selucu ini. Sylvester Stallone seperti dilahirkan untuk memberi suara Nanaue. Joel Kinnaman membuat saya memaafkan atas penampilannya dalam Suicide Squad sebelumnya yang garing. David Dastmalchian dan Daniela Melchior langsung merebut hati saya dengan penampilan mereka yang sangat mencuri perhatian. Sendiri-sendiri mereka sudah kocak. Bersama-sama mereka menjadikan film ini sangat berwarna dan penuh dengan hati.

Dengan visual yang menggelora dan adegan-adegan aksi yang menurut saya terbaik dari seluruh entry DCEU sejauh ini (dari yang kocak seperti ketika Bloodsport dan kawan-kawan menyelundup ke markas penculikan sampai adegan klimaks akhir yang melibatkan alien bintang laut raksasa), The Suicide Squad ternyata berhasil membuktikan bahwa sebuah blockbuster tentang anti-hero bisa seru, bisa lucu dan... bisa menyentuh. Kalau begini terus jadinya, saya siap membuat petisi Gunn untuk terus membuat film bersama DC. Menyaksikan The Suicide Squad di kegelapan teater dengan layar besar dan tata suara yang canggih membuat saya percaya atas betapa kuatnya sinema. Film blockbuster tidak pernah seseru ini.

The Suicide Squad dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.




(tia/tia)

Hide Ads