Jakarta -
Virus SARS-CoV-2 yang pertama kali ditemukan Wuhan, China kini telah menyebabkan pandemi global
COVID-19 terjadi di berbagai belahan dunia. Karena penyebarannya yang masif dan terbilang mudah, sejumlah negara menetapkan aturan isolasi bagi warganya.
Di Indonesia, pada April hingga Juni 2020, pemerintah menetapkan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) demi menanggulangi penyebaran virus tersebut. Warga diminta melakukan karantina mandiri dan tidak meninggalkan rumah kecuali untuk kebutuhan yang mendesak dan bekerja.
Sejumlah acara
musik dan
konser pun dibatalkan. Sebab gelaran musik dianggap dapat mengumpulkan orang dalam jumlah besar sehingga dikhawatirkan akan terjadi penyebaran virus dalam skala besar. Dunia musik pun berubah drastis dengan penyelenggaraan konser yang berubah virtual di mana musisi dan penonton berada di rumah masing-masing. Akan tetapi, hal itu rupanya tidak membuat penggemar musik meninggalkan hobi mereka begitu saja.
Baca juga: #Dirumahaja Bikin Musik Populer Ditinggalkan, Lagu Lawas Naik Lagidetikcom mencoba menelusuri tren mendengarkan musik selama pandemi dari data yang diberikan oleh dua layanan mendengarkan musik digital,
Spotify dan
Joox. Dari data yang diperoleh dari dua layanan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendengar musik tidak terpengaruh oleh adanya pandemi.
Adanya pandemi ternyata tidak lantas membuat mereka mengurungkan ketertarikan pada musik baru, justru aktivitas mendengarkan musik meningkat meski waktu dan trennya bergeser. Menurut keterangan yang diperoleh dari Joox, apabila di hari biasa pelanggan mereka aktif memutar musik pada jam berangkat dan pulang kantor, di masa pandemi, waktu mereka memutar musik pun berubah seiring dengan adanya masa bekerja dari rumah (work from home) yang diberlakukan sejumlah perusahaan saat PSBB berlangsung.
"Kebiasaan mendengarkan musik secara digital selama masa pandemic masih tetap tinggi, pergeseran terjadi pada kebiasaan waktu mendengarkan musik. Jika sebelumnya musik banyak dikonsumsi untuk menemani perjalanan mereka, selama masa pandemic musik bergeser dinikmati untuk menemani kegiatan mereka sehari-hari (80%), dan saat mereka akan beristirahat (50%)," ungkap keterangan yang diperoleh detikcom.
Baca juga: Hammersonic 2020 Masih Terus Pantau CoronaAdanya masa karantina yang berbarengan dengan datangnya bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri juga turut mengubah kebiasaan pendengar musik yang menjadi pelanggan Joox. " Di bulan Ramadhan, pergeseran kebiasaan waktu mendengarkan musik menjadi lebih awal yaitu di saat waktu setelah melaksanakan ibadah sahur," tulis mereka.
Menurut keterangan yang diperoleh dari pendengar Joox di Indonesia, pilihan artis yang didengarkan oleh pelanggan pun mengalami pergeseran. "Selama masa pandemic apresiasi pecinta musik di Indonesia terlihat mengalami perubahan, apresiasi lebih ditunjukkan untuk musisi Indonesia khususnya para pendatang baru," kata Joox.
Untuk karya dari musisi lokal, lagu Pura Pura Lupa dari Mahen berhasil duduk di peringkat no 1 Top Chart Joox lebih dari empat minggu. Selain Mahen, Andmesh dan Mawar De Jongh juga mendapat pendengar yang cukup banyak bahkan hingga memasuki pekan keempat Juni. Selain itu, lagu dari musisi yang lebih lama berkecimpung di dunia musik, sebut saja Rossa, Noah, dan Bunga Citra Lestari juga banyak didengarkan selama masa PSBB.
Baca juga: Konser yang Berganti Wajah dalam Normal yang Baru
Lagu-lagu musisi Glenn Fredly yang meninggal dunia pada 8 April 2020 menjadi pilihan dari banyak pendengar Joox. Sedangkan musisi mancanegara yang paling banyak didengar oleh pelanggan Indonesia pada masa PSBB adalah BTS, BLACKPINK, Justin Bieber dan Alan Walker.
Adanya perubahan waktu dan preferensi pendengar
musik selama masa pandemi juga terlihat dari pola yang dilakukan oleh pelanggan layanan streaming musik
Spotify. "Dengan masih banyaknya orang-orang di seluruh dunia yang tetap berkegiatan di dalam ruangan, kami melihat perubahan dalam preferensi streaming konsumen dalam periode ini," tulis Spotify dalam keterangan yang diterima detikcom.
Dari data global menunjukkan bahwa pendengar musik yang merupakan pelanggan dari layanan Spotify lebih memilih untuk mendengarkan lagu yang santai dan bertempo lambat ketimbang lagu dengan tempo cepat selama pandemi. "Vibe santai di sini umumnya berarti lagu yang lebih akustik, bukan lagu dansa, dan memiliki level energi yang rendah dibandingkan lagu-lagu yang mereka tambahkan sebelumnya. Tak hanya itu, lagu-lagu pilihan pengguna tersebut cenderung lebih instrumental, menonjolkan instrumen musik ketimbang vokal," ujar keterangan tersebut.
Hal tersebut menunjukkan bahwa di masa pandemi, pendengar musik cenderung lebih suka mendengarkan musik yang dapat menenangkan diri ketimbang yang ingar bingar. Kesimpulan itu diperkuat oleh data yang menunjukkan bahwa pelanggan Spotify juga mendengarkan podcast yang berisi tentang self-improvement, kesehatan dan meditasi selama masa PSBB.
Rupanya tidak hanya kegiatan bekerja dari rumah (work from home) yang mempengaruhi tren pendengar, akan tetapi juga kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan secara jarak jauh turut memberikan imbas. Pencarian di Spotify selama masa pandemi menunjukkan adanya peningkatan konten anak dan keluarga, terutama pada lagu-lagu pengantar tidur anak.
"Bahkan peningkatan playlist bertema home-school mencapai seribu persen, menggambarkan betapa banyak orang mendengarkan musik untuk menjalani hari mereka. Playlist bertema Work-from-home juga menunjukkan peningkatan besar di Spotify, yaitu 1.400%, dibandingkan 10 hari pertama bulan Maret (dengan lagu yang paling banyak ditambahkan adalah "Work From Home" oleh Fifth Harmony)," ungkap mereka.
Selain itu, lagu-lagu dari playlist yang bertemakan bersih-bersih rumah juga juga meningkat. Playlist Cleaning Kit di Spotify mengalami peningkatan pendengar sebanyak 30% di masa pandemi. Hingga kini ada setidaknya 940.000 playlist bertemakan membersihkan rumah di Spotify.
Namun menariknya, berbanding terbalik dengan preferensi pendengar yang lebih suka memutar lagu santai dan bertempo lambat selama masa pandemi, playlist membersihkan rumah justru diisi oleh lagu-lagu bertempo cepat, contohnya Uptown Funk oleh Bruno Mars dan Mark Ronson, Roar oleh Katy Perry, dan Work oleh Drake dan Rihanna.
Hal lain yang menarik, rupanya lagu-lagu bertemakan rambut juga banyak didengarkan selama masa karantina ketika sebagian besar orang-orang tidak dapat mencukur rambutnya atau melakukan perawatan rambut karena tutupnya salon dan pangkas rambut selama masa PSBB.
"Kami juga melihat adanya 50% peningkatan dalam playlist bertema rambut di platform Spotify - menunjukkan betapa para pengguna memikirkan rambut mereka di situasi saat ini. Beberapa lagu populer dalam playlist tersebut pun menunjukkan kekhawatiran mereka untuk menggunting rambut, di antaranya Complicated oleh Avril Lavigne, High Hopes oleh Panic! at the Disco dan Hair Cutter oleh Animal Collective," kata Spotify.
Dari semua uraian data yang ada, terjadi peningkatan streaming di Spotify sebanyak 65% di masa pandemi dengan pengguna aktif bulanan global (bukan pelanggan total) tercatat sebanyak 286 juta, dengan pengguna berbayar (premium) sebanyak 130 juta dan pengguna aktif yang didukung iklan di angka 163 juta.
Saat ini Indonesia telah dicanangkan untuk memasuki fase normal baru (new normal). Sejumlah perkantoran telah mulai beroperasi dan berbagai fasilitas umum dan usaha perlahan-lahan dibuka. Aktivitas pun perlahan-lahan kembali ke waktu sediakala dengan beberapa penyesuaian.
Menurut keterangan yang diperoleh dari Joox, selama masa PSBB transisi di Jakarta dan sejumlah wilayah lainnya, belum ada perubahan tren pendengar yang signifikan. "Secara keseluruhan jumlah konsumsi musik tidak mengalami penurunan, belum terjadi perubahan signifikan dalam kebiasaan mendengarkan musik disaat PSBB dan new normal, hal ini mungkin juga dikarenakan masih banyak orang yang berkegiatan di rumah, seperti contohnya para pelajar," jelas mereka.
Halaman Selanjutnya
Halaman