Casey sedang sendirian di rumah pada suatu malam. Dia sedang bikin popcorn dan bersiap untuk nonton film horor ketika telepon rumahnya berdering. Telepon salah sambung. Anehnya, orang itu terus menelepon yang memaksa Casey buat menjawab panggilan tersebut. Suara misterius itu bilang kalau dia hanya ingin ngobrol, jadilah Casey menanggapinya. Yang Casey tidak tahu adalah bahwa orang yang bicara di ujung telepon adalah pembunuh keji berdarah dingin yang berkeliaran dengan jubah hitam dan topeng putih berwajah aneh. Telepon salah sambung itu menjadi teror paling mengerikan hingga akhir hidup Casey. Cewek berambut bob pirang itu ditikam di dada, bagian dalam tubuhnya berserakan keluar, dan tubuhnya digantung di pohon di halaman depan rumahnya.
Itu adalah adegan pembuka dari film pertama Scream (1996). Casey diperankan oleh Drew Barrymore dan suara si pembunuh alias Ghostface diisi oleh Roger L. Jackson. Dalam waktu kurang dari 15 menit, Wes Craven berhasil menciptakan ketakutan dan teror yang masih berkesan bahkan setelah 25 tahun berlalu sejak film itu dirilis. Momen ketika Casey ditikam Ghostface itu merupakan kali pertama Scream diperkenalkan kepada penonton dan menjadi awal dari salah satu waralaba horor paling ikonik. Adegan serupa hidup lagi dalam film kelima Scream yang kini sudah tayang di bioskop.
![]() |
Tara (Jenna Ortega) sedang sendirian ketika telepon rumahnya berdering. Sembari chatting dengan sahabatnya, Amber (Mikey Madison), dia terpaksa berbincang dengan orang tak dikenal di ujung telepon. Orang itu memaksa Tara buat main tebak-tebakan soal film horor. Sial buat Tara, pertanyaan yang diajukan tentang Stab, film slasher soal pembunuh bertopeng yang meneror warga sebuah kota kecil bernama Woodsboro. Tara tidak suka film-film horor seperti itu dan lebih suka nonton film horor dengan cerita berisi dan drama. Kita sudah tahu bahwa percakapan itu tidak akan berakhir baik. Persis seperti Casey, Ghostface berhasil menerobos masuk ke dalam rumah Tara (meski rumah itu sudah dilengkapi sistem keamanan ketat yang bisa dikontrol lewat aplikasi ponsel) dan gadis itu adalah korban pertama dalam film Scream (2022).
Sam (Melissa Barrera) langsung kembali dari pelarian ketika mendengar adiknya ditikam. Dia mengajak Richie (Jack Quaid), pacarnya, dan mengkonfrontasi masa lalu yang jadi satu-satunya alasan buat dia kabur dari Woodsboro. Ketika Sam kembali ke kota kecil itu, Ghostface semakin menggila. Satu per satu korban mulai berjatuhan dan kini Sam, Richie, dan teman-teman Tara termasuk Amber, Wes (Dylan Minnette), si kembar Mindy (Jasmin Savoy Brown) dan Chad (Mason Gooding), serta Liv (Sonia Ben Ammar) ada dalam daftar sasaran pembunuhan Ghostface. Mereka semua terhubung oleh sebuah benang merah dari kejadian-kejadian 25 tahun yang lalu.
Sederet pembunuhan yang terjadi secara berdekatan membuat Dewey (David Arquette) memutuskan untuk menelepon Sidney Prescott (Neve Campbell). Mereka bersama Gale Weathers (Courteney Cox) berkumpul setelah sekian lama dan kali ini untuk sesuatu yang lebih brutal: mereka akan membunuh pelakunya.
![]() |
Ketika membaca judul film Scream, kita seolah sudah punya ekspektasi soal apa yang akan disajikan dalam filmnya: banyak darah dan pembunuhan sadis. Film kelima ini nggak tanggung dalam menampilkan adegan tersebut. Matt Bettinelli-Olpin dan Tyler Gillrett mendapat kehormatan buat menggantikan Wes Craven, yang meninggal di tahun 2015, sebagai sutradara. Mereka menggaet partner lama dari Ready Or Not (2019) yakni James Vanderbilt dan Guy Busick sebagai penulis skenario.
Salah satu hal yang selalu ada dalam film-film Scream adalah tebak-tebakan soal pembunuhnya. James Vanderbilt dan Guy Busick pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membuat penonton berspekulasi tentang siapa yang ada di balik topeng Ghostface. Yang unik adalah bagaimana mereka menyampaikan cerita di film kelima ini. Seperti yang tertulis dalam poster Scream yang dirilis tahun lalu: 'pelakunya selalu seseorang yang kau kenal', Vanderbilt dan Busick mengemas perjalanan penyingkapan identitas pembunuhnya tidak hanya dengan sempurna, tapi juga dengan lelucon dan selipan easter egg yang menggelitik. Mereka menguliti kekurangan-kekurangan dari film horor populer, termasuk film-film Scream terdahulu, dan menjadikan hal tersebut bahan bercandaan yang mengalir dan ringan.
Yang amat terasa dalam Scream adalah usaha Matt Bettinelli-Olpin dan Tyler Gillrett dalam mempersembahkan film ini tidak hanya untuk Wes Craven, tapi juga buat fans. Film cult classic seperti Scream punya basis penggemar yang sangat kuat terlebih waralaba ini sudah eksis selama 25 tahun. Kritikan-kritikan yang diberikan buat film-film sebelumnya dikemas oleh kuartet sutradara-penulis skenario film ini sebagai sebuah sajian yang memunculkan perasaan puas usai menyaksikannya.
![]() |
Esensi dan tone dari film pertama Scream (1996) sangat terasa di film kelima ini. Kamu akan dapat apa yang kamu harapkan dari sebuah film slasher thriller ikonik sekelas Scream. Kembalinya tiga pemain OG dari Scream tentu merupakan fan-service sekaligus jadi nilai plus buat film ini, tapi penampilan dari para pemain baru (dan potensi sekuel dari mereka!) adalah yang menyempurnakannya.
Sepanjang durasi film Scream ini, kamu mungkin sudah bisa menebak siapa pelakunya (atau bahkan mungkin ketika menyaksikan trailer-nya kamu sudah punya tebakan), tapi kamu akan tetap diam dan menikmati narasi film ini dari awal sampai akhir. Dan ketika pembunuhnya terungkap, kamu akan bersorak-sorai dalam diam sambil mengepalkan tangan.
Scream sudah tayang di seluruh jaringan bioskop Indonesia. Simak wawancara eksklusif detikcom bersama para pemain Scream di artikel selanjutnya!