Nama Reality Club mendadak ramai di media sosial TikTok usai lagunya, Anything You Want, ramai digunakan di berbagai potongan konten. Status band viral pun kemudian disandang Reality Club.
Dari pengakuan Reality Club, tidak ada rencana khusus yang secara sengaja dibuat untuk sampai ke titik viral tersebut.
"Kalau soal viralitas, kita nggak mikirin algoritma supaya viral gitu, kita berangkat dari apa yang kita suka dulu. Memang kita sudah punya interpretasi sendiri terhadap lagunya, dan yang bikin viral juga di luar konteks lagunya sendiri. Sama sekali di luar kontrol kita. Tapi, Alhamdulillah, we love it obviously," ungkap Nugi saat menjadi bintang tamu Main Stage di kantor detikcom.
"Kita ngerasa Anything You Want nggak segitunya, harusnya nggak dirilis di tahun 2022 juga, dan bukan lagu utama kita. Tapi ternyata malah segitunya. Denger suara sendiri di restoran itu kayak masih shocking soda," sambung Cia menambahkan.
Baca juga: Main Stage Reality Club: Anything You Want |
Meledaknya Anything You Want di TikTok membuat para personel Reality Club memiliki pandangan baru terhadap media sosial yang satu itu.
"That is a music discovery platform now. It's hard to not notice the impact of social media, karena emang pasti kerasa banget sih. Mungkin awal-awal masih kayak apa itu TikTok, tapi lama-lama oh oke this is how the game is. Kalau sekarang liat di Spotify, Top 10 atau Top 100 itu rata-rata lagu yang viral di TikTok. So, we are thankful for that," timpal Faiz lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain TikTok, di Main Stage, Reality Club juga membagi cerita seru dari kenangan-kenangan manggung yang paling berkesan buat masing-masing personel. Nugi dengan amplifier yang meledak di Sukabumi. Faiz dengan pertunjukkan tunggal perilisan album kedua di MBloc. Fathia saat mengisi panggung festival musik Berdendang Bergoyang di mana pada hari selanjutnya, festival tersebut batal dan mengalami kekacauan. Sedangkan drummer Era, mengenang permainan mereka di Jepang.
"Jepang menurut gue sebuah pengalaman juga buat ketemu pasar yang berbeda dari Indonesia. Soalnya di Jepang mereka menonton untuk musiknya saja, bisa dipastikan nggak tahu kita, tapi mau discover musik baru. Di situ kelihatan juga rentang usianya beda banget, dari anak sekolah sampai 60-an tahun ke atas," kenang Era bercerita.
"Saat itukan kita ada sesi tanda tangan, kita juga jualan merchandise, nah dia tuh beli merchandise semuanya dan ikutan antre si bapak itu. Terus kita tanya, bapak nemenin cucu kah? Terus dia jawab memang sendiri aja mau nonton musik. Jadi, emang keren banget sih itu," sambung Era lagi.
Memang dasarnya band ini hobi bercanda, seorang pengikut media sosial detikHOT menitipkan pertanyaan. Ditanyakan, adakah ritual khusus bagi Reality Club sebelum mulai beraksi di atas panggung. Jawabannya, ada. Apakah itu, membakar obat nyamuk. Maksudnya?
Adalah Faiz yang pertama kali melemparkan pernyataan itu, yang kemudian dengan mudahnya disambut oleh para anggota band lainnya.
"Kita bakar lilin, kita bakar obat nyamuk di tengah nunggu sampai selesai, baru naik panggung," celoteh Faiz.
"Kita hadirkan juga pisang, jeruk sama anggur," timpal Nugi.
Mereka berempat tertawa, penonton Main Stage yang hadir pun ikut tertawa. Tidak ingin mengecewakan followers yang sudah bertanya, pertanyaan itu ditanyakan lagi. Jawaban mereka lebih serius, walaupun tetap terdengar tak biasa.
"Kalau dulu gue stretching (pemanasan olahraga) parah sih, yang kayak atlet gitu. Tapi belakangan ini gue lebih ke menenangkan diri, soalnya personally agak tidak nyaman kalau misalnya banyak banget orang. Masih belum nyaman, mungkin gue akan bilang untuk selamanya akan kayak gitu," kata drummer Era.
"Kalau gue, ngeliatin video-video kucing. Kadang ya sudah bengong aja," Nugi menimpali.
Di antara jawaban-jawaban itu, mungkin milik Cia yang paling normal. "Kalau gue ngeliatin foto anak, video call, bunda banget gitu. Tapi, intinya yang dikutip obat nyamuk tadi ya jawabannya," tuturnya seraya tertawa disambut personel lainnya.