Nama Holywings dikenal baik di kalangan anak muda dan pegiat pesta di secara merata di Indonesia di usianya yang baru menginjak enam tahun. Ada 30 gerai yang dimiliki Holywings, tersebar dari Sumatera hingga Sulawesi.
Seperti kata pepatah, semakin tinggi pohon, semakin kencang angin bertiup yang menggoyangnya. Perkembangan Holywings yang agresif pun merasakan dampak tersebut. Komentar miring dan teguran dari pemerintah setempat, menggoyang kepakan sayapnya beberapa kali.
Dua gerainya yang terletak di Jakarta Selatan, mendapatkan larangan beroperasi karena dianggap melanggar jam operasional yang ditetapkan khusus di masa pandemi. Jika dunia pergaulan diibaratkan sebuah keluarga, apakah memang Holywings adalah anak nakal yang tidak mau menuruti siapapun?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kepak Sayap Pesta Suci Holywings |
"Begini, euforia tamu kita nggak bisa bendung. Kita berusaha yang terbaik. Tapi kalau dilihat, kita punya 30 outlet, kita kena tegur di salah satunya tapi dianggapnya salah semua. Padahal 20-an sisanya kan nurut dan baik-baik saja," Co-Founder Holywings Ivan Tanjaya menjelaskan kepada detikHOT saat ditemui di Kawasan Pantai Indah Kapuk.
"Padahal kalau dilihat, setelah tempat yang di Kemang kena (ditutup sementara), akhirnya pemerintah mengizinkan jam operasional sampai jam 12 malam. Itu kan jadinya cukup untuk semua (usaha serupa). Kita membuat kelonggaran itu," sambung Ivan.
Pria 33 tahun itu menyatakan, sejatinya Holywings bukan merupakan anak nakal. Melainkan seorang kakak yang menjadi bemper bagi kenakalan adik-adiknya.
"Holywings bukan anak bandel, tapi anak sulung. Kadang kalau adiknya nakal, kakaknya yang dimarahin, kan?" Kata Ivan sembari tertawa.
Layaknya kakak, tanggung jawab Holywings kepada para karyawan pun tetap dipenuhi. Dengan tegas dikatakan bahwa sejak awal pandemi dua tahun lalu, dengan seluruh dampak yang ada, Holywings tidak satu pun merumahkan seluruh karyawannya yang berjumlah sekitar 1.500 orang, baik yang di kantor, maupun para pramusaji di lapangan. Jika ditotal dengan para talent band dan Disc Jockey (DJ), jumlahnya bisa mencapai 1.800 orang.
"Karyawan ada semua sampai sekarang. Semua masih ada, dari hari pertama pandemi sampai sekarang kita nggak ada merumahkan karyawan, 30 outlet, 1500 karyawan. Jadi, ditutup itu soal lain, bukan halangan nomor 1. Karena mempertahankan karyawan itu tantangan nomor 1. Setiap ada outlet yang tutup, ada karyawan yang harus terus dibayar," tambah Ivan.
![]() |
Terpaan lainnya yang terdengar pernah menghampiri Holywings adalah soal ramainya kehadiran para penjaja seks komersial. detikHOT juga sempat mendengar, demi persaingan harga, tidak semua minuman beralkohol di sana barang asli. Untuk itu, Co-Founder Holywings lainnya, Eka Setia Wijaya angkat bicara.
"Kita nggak bisa melarang siapa yang masuk ke tempat kita. Kita juga tidak tahu. Intinya, kami tidak melakukan itu by design," tegasnya.
"Ini nggak mungkin, siapa yang mau minum kalau palsu. Outlet kita ada 30, kita sekali ambil dari penyedia bisa dibayangin berapa banyak. Matematikanya gampang kok. Dan juga, sebetulnya kalau diperhatikan, harga menu di tiap outlet itu disesuaikan dengan area dan target pasar. Jadi, mungkin yang ngomong itu kebetulan lain di Holywings dengan target yang lebih murah," jelas Eka.
Baca juga: Holywings, Bukan Sekadar Klub Malam! |
Melengkapi pernyataan-pernyataan di atas, dua pendiri Holywings ini menjamin, bahwa apa yang mereka lakukan tidak ingin memberi citra negatif. Ruang diskusi dengan pemerintah juga dibuka lebar sebagai bagian dari tanggung jawabnya sebagai sulung.
"Kita belajar bahwa formula nomor 1 adalah nurut sama pemerintah. Kejadian yang nggak enak kemarin, membuat kita menjadi lebih dekat ke pemerintah, kita buka ruang diskusi untuk mencari jalan terbaik," tutup Ivan lagi.
Spesial kepada detikHOT, Holywings akan membicarakan salah satu rencana terbesarnya, Amerika. Apa yang dilakukan? Ikuti terus 'Kepak Sayap Pesta Suci Holywings' bersama detikHOT.
(mif/nu2)