Pesulap Pak Tarno yang selalu terlihat lucu dengan aksinya memperlihatkan sulap seketika berlinang air mata saat cerita tentang sosok ibunya. Ternyata sejak usia 3 tahun, Pak Tarno ditelantarkan oleh ibunda dan dibiarkan tinggal bersama sang nenek yang sudah tua.
Menurut Pak Tarno, setelah ayahnya meninggal sang bunda justru pergi dengan tak membawa dirinya. Pak Tarno kecil bahkan putus sekolah karena sang nenek yang sudah tua tak mampu lagi bekerja.
Sejak kecil Pak Tarno sudah terbiasa bekerja atau nguli dia menyebutnya. Mengingat cerita masa kecilnya, Pak Tarno emosional dan menangis sesenggukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ayah meninggal, ibu bukannya anak diurus ini ditinggal dari kecil," ucapnya emosional saat di studio Rumpi: No Secret, Transmedia, Jakarta Selatan, akhir pekan kemarin.
Pak Tarno mengaku jadi sulit bicara kalau sudah soal ibu. Kini, Pak Tarno sudah berusia lanjut dan rasa sakit ditelantarkan oleh sang bunda masih membekas.
Saking sulitnya kehidupan, Pak Tarno kecil memakan daun-daunan yang direbus. Saat anak seusianya bersekolah, Pak Tarno sudah menjadi kuli untuk membiayai hidupnya bersama sang nenek.
Sampai akhirnya Pak Tarno yang saat itu sudah populer dan dikenal masyarakat, mendapat info keberadaan sang bunda di Sumatera. Dia mendengar cerita saat melihat televisi, ibunya bicara ke orang-orang yang ada di sekitarnya Pak Tarno adalah anaknya.
Namun, pengakuan ibundanya tak dipercayai oleh orang-orang sekitar. Pak Tarno akhirnya datang ke Sumatera menemui ibu yang sudah menelantarkannya.
"Ketemu juga saya udah jadi artis, sudah tua. Dia ngomong-ngomong ke orang-orang Tarno anak saya. Nggak ada yang percaya," tuturnya.
"Akhirnya saya datang ke Sumatera...," Pak Tarno kembali menangis.
"'Sorry ya Pak, Bu, saya emang anaknya, dari kecil ditinggal'. (Kata orang-orang di dekat tempat tinggal ibunya), 'Iya nih udah gede diakuin, jahat banget bapaknya meninggal diurusin'. Sudah jadi artis diakuin orang-orang kan nggak percaya," bebernya.
Saat bertemu ibunda, Pak Tarno masih merasakan sakit hati. Akhirnya sang bunda meminta maaf karena sudah menelantarkan dirinya.
"Iya ngomong gitu aja, 'Maaf ya No. Tarno kecil aku nggak urusin. Sekarang mah sudah tua'. Sekarang saya masih ngerasain sakit. Dulu saya makan daun semanggi, eceng, daun apa aja direbus, boro-boro nasi, jagung aja susah. Kuli dulu baru bisa makan, orang pada sekolah saya udah nguli, kelas satu juga nggak kebayar," cerita Pak Tarno terbata-bata.
(pus/aay)