Bryan Domani mengakui dirinya bukan orang yang rajin beribadah meski agamanya sejak lahir adalah Islam. Namun ada banyak hal yang kemudian mengubah sudut pandang dan kebiasaan Bryan Domani soal agama.
Beberapa hal tersebut datang dari orang-orang yang dia temui di lokasi syuting hingga tempat olahraga. Ketika mengerjakan film religi Merindu Cahaya De Amstel, dia bahkan pernah bertemu dengan seorang ustaz dari Turki yang tertarik kepadanya sehingga memberikan banyak hal mulai dari sajadah, peci, hingga Al-Qur'an.
Namun pada saat itu dia tidak terlalu menganggap hal itu penting. Bryan Domani yang masih muda merasa masih menggebu-gebu soal karier dan belum sampai di titik rajin beribadah. Selama beberapa tahun berkarier di dunia hiburan, dia kemudian memerankan banyak film besar yang sudah siap tayang. Di situlah hidupnya mulai jungkir balik.
"Pas itu aku merasa seperti di atas angin karena semua film aku sudah mau tayang, ada 3 film besar. Tapi apa yang terjadi? Pandemi. . Tanggal tayang padahal udah siap, udah ngerasa sombong, tapi pandemi 6 bulan nggak ngapa-ngapain. Awal-awal kan kita kosong, aku mikir kayak 'kenapa sekarang?' kesel banget. Udah berapa tahun kerja padahal," curhat Bryan Domani saat berbincang dengan Teuku Wisnu dalam Podcast The Pars dilihat Minggu (30/7/2023).
Momen itu kemudian membawanya berpikir untuk salat. Karena selama beberapa bulan pertama pandemi dia tidak bisa keluar sama sekali dan tidak bisa bekerja, dia akhirnya terpikir untuk beribadah.
Dia tidak bisa menjelaskan secara detail apa yang terjadi dalam dirinya pada saat itu. Namun dia merasa ada panggilan untuk salat setelah sempat meledak-ledak dan marah pada dunia soal apa yang terjadi dengan nasib pekerjaannya.
"Kemudian aku sadar, mungkin aku belum siap. Mungkin aku harus membetulkan sesuatu. Aku kan emang nggak minum alkohol atau nggak suka makan babi. Pas pandemi aku akhirnya mikir, apa susahnya sih salat sekali lima menit, dalam sehari duapuluh lima menit lah. Tapi butuh waktu banget sih itu. Ada momen aku marah-marah, stres, aku masih muda kan. Butuh berapa bulan dulu untuk menerima itu. Kadang-kadang aku sebagai orang yang masih muda dan naif merasa semua itu nggak fair. Tiba-tiba aku sendiri sadar, sejentikan jari, sesuatu berubah. Ada satu momen aku memaksa untuk ibadah, ada momen aku merasa lega dan nangis," lanjut Bryan.
"Aku merasa ada kakekku yang sudah meninggal aja di belakang (ngeliatin aku), karena aku pakai sarungnya dia (pas salat) aku ingat banget itu. Jujur susah sih, awalnya. Apalagi subuh. Awalnya belajar tapi pelan-pelan baru nyadar, aku dikasih ketemu coach ini karena ini, dikasih tasbih (sama orang) karena ini, dikasih syuting Merindu Cahaya De Amstel mungkin karena ini. Mulai nyadar mungkin itu alasan perjalanan-perjalanan itu," tutup dia.
(aay/mau)