Ibu memang madrasah utama untuk anak-anaknya. Ternyata, jangan pernah salah kaprah mengartikan ungkapan itu.
Nyatanya, dalam Al Quran jauh lebih banyak dialog tentang ayah dan anak. Kata Ustaz mengutip penjelasan dari Ustaz Syam Elmarusy.
Ibu memang madrasah utama untuk anak-anaknya. Akan tetapi, peranan ayah adalah yang bertanggung jawab untuk mengarahkan kemana anak ini akan bertumbuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut penjelasan lengkap Ustaz Syam Elmarusy:
Semua sepakat, Umi, Mama, atau Bunda itu adalah madrasatul ula. Kita semua pernah mendengar ungkapan itu. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.
Hati-hati wahai para bunda di depan anak jangan lakukan seperti ini, lakukan seperti ini, karena bunda adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Namun, cuma itu saja yang kita dengar tentang bunda.
Tentang ayah justru lebih banyak daripada itu. Bukan berarti ibu semua, kalau ayah 14 dialog dalam Al Quran tentang ayah dan anaknya, sedangkan ibu dan anak hanya 2 ayat yang menceritakan tentang ibu dan anak. Itu pun bukan dialog tentang ibu dan anak. Hanya ibu Nabi Musa menghanyutkan Nabi Musa ke sungai. Kemudian Mariam, ketika difitnah Mariamnya.
Subhanallah di dalam Al Quran jauh lebih banyak interaksi ayah dengan anak-anaknya. Dalam hadis-hadis Baginda Nabi Muhammad SAW banyak sekali menebut tentang ayah.
Sering kali kita dengar, setiap anak itu lahir dalam keadaan fitrah. Maka subhanallah Bapak mereka yang menjadikan belok kanan, belok kiri, atau kemana arahnya anak tersebut. Subhanallah ayah-lah yang bertanggung jawab.
Kedua, dialognya bagaimana? Ada Lukmanul Hakim ke anaknya, ada Nabi Ibrahim AS kepada anak-anaknya, Ada Nabi Yakub AS kepada anak-anaknya, ada Nabi Yusuf AS kepada ayahnya, ada imran kembali kepada Mariam, banyak sekali dialog orang tua dengan anak-anaknya di dalam Al Quran.
Biasanya pulang kantor anaknya lihatin gambar ke ayahnya, ayahnya bilang 'Nanti saja ke mama kamu dulu.' Ini yang bahaya. Ketika anak tidak diapresiasi maka selamanya dia tidak akan pernah lagi menunjukkan prestasi ke ayahnya.
(pus/wes)