Jakarta -
Pemakaman ayah mertua Arumi Bachsin yang juga ayah sang suami, Emil Dardak, Achmad Hermanto Dardak, dimakamkan hari ini.
Jenazah Achmad Hermanto Dardak sempat disemayamkan di rumah duka. Pukul 08.10 WIB, jenazah tiba di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
Prosesi itu dilakukan secara kenegaraan dan dipimpin langsung dipimpin oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono. Peti jenazah turut diselimuti bendera merah putih, tim pedang pora pengawal jenazah dari TNI juga terlihat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan itu, juga turut hadir beberapa pejabat. Banyak penziarah yang mengikuti prosesi pemakaman dan mengenakan busana serbahitam.
Sebagai anak, Emil Dardak turut menyampaikan pidato. Awalnya Emil menyinggung kematian adiknya, Eril Dardak, sang ayah saat itu merasa sangatlah kehilangan adiknya.
"Asalamulailkum warahmatullahi wabarokatuh, selamat pagi salam sejahtera untuk kita semuanya. Yang saya hormati, inspektur upacara beserta segenap hadirin sekalian. Inalillahi wa innailaihi rojiun, segala sesuatu akan kembali ke sang roh. Kiranya itu mungkin yang ada di dalam benak almarhum karena saya menyaksikan almarhum saat menghadapi cobaan kehilangan putra tercinta adinda Eril Dardak," kata Emil Dardak di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
"Beliau berkata 'seharusnya yang mengubur saya adalah kamu kenapa malah saya yang menguburkan kamu, Ril'. Artinya beliau tahu bahwa siapapun akan punya waktunya di dunia ini dan mungkin beliau membayangkan seperti apa di akhir waktu nanti di diri beliau," sambungnya.
Kemudian mengenai perjalanan hidup sang ayah, Emil turut mengungkapkan lagi favorit sang ayah yang menceritakan kehidupan.
"Seperti lagu favorit beliau yang berjudul My Way. Lagu yang mengenang perjalanan hidupnya hampir menutup mata. Lagu yang memikirkan kalau nanti saya tiada dan kira-kira apa yang akan ditinggalkan beliau sebagai seorang anak saya menyaksikan almarhum, Bapak Hermanto Dardak, sebagai seorang ayah seorang suami yang menempuh pernikahan 40 tahun dengan ibu kami, sebagai seorang saudara kepada kakak-kakaknya dan adik-adiknya, dan seluruh kerabatnya," beber Emil.
Emil Dardak turut menceritakan kehidupan sang ayah yang bekerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Sosok Hermanto menjadi teladan di lingkungan kerja termasuk untuk Emil sendiri dan keluarganya.
"Sebagai seorang sahabat baik di lingkungan mana pun termasuk lingkungan PU, bapak inspektur upacara saya tahu betul sebagai Menteri PUPR bahwa beliau selalu berpesan jangan jadi orang yang kerja di PU jadilah orang PU. Mudah-mudahan di mata bapak menteri almarhum papa orang PU, bukan sekadar orang yang bekerja di PU beliau tidak bisa dipisahkan. Mungkin kalau dibelek darahnya ini ada PU di dalamnya. Itulah kami sangat terharu mengantarkan beliau ke kantor Kementerian Pekerjaan Umum, beliau mengajarkan saya dengan dari cerita ibu saya, ayah saya kadang pulang luar biasa larut, saya bukan mendengar keluhan tapi ibu saya menyampaikan bahwa inilah orang yang berdedikasi untuk negara," bebernya.
"Tentu dengan dukung ibu saya, ayah saya bisa apa yang disampaikan hari ini dan saya tidak mungkin apa yang saya capai tanpa dukungan beliau berdua. Kalau gitu kami atas nama keluarga menghaturkan banyak terima kasih kepada saudara sahabat yang telah menjadi pengiring perjalanan hidup beliau. Saya yakin saya tahu dalam perjalanan hidup beliau, beliau hanya mengingat manis manisnya dari semua yang beliau kenal, dari teman masa kecil dari teman semasa sekolah semasa kuliah, bahkan saat berkarir di lingkungan Departemen PU beliau mengingat kebaikan dan tentunya keunggulan dari semua orang beliau kenal, termasuk dari bapak menteri," ucap Emil lagi.
Emil juga mengaturkan permohonan maaf kepada semua pihak agar kesalahan baik yang tak sengaja yang di lakukan mendiang ayahnya dapat dimaafkan.
"Untuk itu kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar besarnya, apabila sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari kekhilafan almarhum bapak Hermanto Dardak mungkin baik disengaja atau tidak sengaja mohon dimaafkan, dan apabila ada sekiranya perlu kami perhatikan untuk menindak lanjuti apa yang mungkin ada urusan beliau semasa hidup mohon bisa hubungi kami selaku keluarga," imbuhnya.
"Pada akhirnya kami dengan berusaha seikhlas hati kami melepas seorang ayah yang akhirnya. Ayahanda waktu itu mungkin harus turun mengantarkan Eril hari ini saya dan Eron hadir mengantarkan papa. Terimakasih untuk semua inspirasi teladanan dan kasih sayang yang papa berikan kepada kami semua dan sahabat terimakasih sudah menunjukkan bahwa hidup ini bukan hanya mencapai sesuatu tapi mencinta dan merasa bahagia dan damai, karena kita di hati nurani, terimakasih atas semua nilai nilai yang ditanamkan. Semoga Allah SWT meridhoi ikhtiar papa sebagai tirakad sebagai ibadah dan juga segala ibadah diterima di sisi Allah SWT, assalamualaikum," tutup Emil Dardak membacakan pidatonya.