Status dan tanggung jawab yang diberikan sudah cukup menjadi tantangan bagi Gusti Kanjeng Ratu Hayu (GKR Hayu) sebagai putri dari Kesultanan Yogyakarta saat ini. Tapi, beruntungnya, dirinya tidak sendirian, melainkan bersama dengan empat saudara kandungnya, yang semua perempuan.
GKR Mangkubumi adalah sulung. GKR Condrokirono merupakan anak kedua. GKR Maduretno di urutan ketiga. Sedangkan GKR Bendara adalah saudara paling bungsu. Berlima menjalani kehidupan dan segala dinamikanya sebagai putri Sri Sultan Hamengkubuwono X dan GKR Hemas.
Kecuali GKR Mangkubumi, ke-4 putri sultan tinggal di area yang sama, Keraton Kilen. Rumah mereka saling berhadapan dan bersebelahan. Rindang, ditemani bunyi-bunyi burung, dilengkapi lapangan tenis yang kini telah disulap menjadi taman bermain anak-anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
GKR Hayu menceritakan hubungan kelimanya yang kadang akur, kadang tidak. Menariknya, pekerjaan saat ini yang menyatukan mereka semua. Sedangkan, makan sembari wisata kuliner, selalu yang paling menyenangkan.
"Memang dulu pas growing up karena mungkin jarak umurnya agak jauh kita not exactly akur. Tapi, sekarang udah pada gede-gede, udah kerjaannya numpuk jadi satu semua, ya mungkin itu, ketika punya beban yang sama, terus akhirnya jadi kayak punya common enemy," ungkap GKR Hayu kepada detikHOT di Kawasan Keraton Kilen, Yogyakarta.
"Biasanya kalau malam minggu itu ngumpul bareng sama bapak dan ibu (Sri Sultan X dan GKR Hemas). Keluarganya Mbak Mangku juga datang, makan-makan. Kalau dulu kadang ada nonton bioskop, tapi nggak sama bapak-ibu, karena terus jadi tontonan. Padahal bapak sebenarnya itu sangat seneng nonton film, cuma terakhir kita ajakin agak uncomfortable karena malah ramai kumpul. Ganggu penonton yang lain," sambungnya.
Hal yang kemudian menjadi pertanyaan, mengingat kelimanya sudah menikah, bagaimana hubungan para suami? Apakah sama akrabnya?
![]() |
"Ya mungkin itu salah satu 'tekanan' untuk suami-suami. Karena kita geng cewek-cewek ini jadi satu di dalam satu komplek rumah. Sementara mereka yang biar bagaimanapun sesama mantu, stranger to stranger. Kalau kita sudah berlima kumpul, habis mereka," seloroh GKR Hayu.
Mereka berlima juga aktif di YouTube dengan nama Putri Kedhaton. Di saluran tersebut, mereka membahas banyak hal terkait Keraton, kebudayaan sampai klarifikasi gosip lewat diskusi dan obrolan yang santai.
"Di YouTube kita bikin siniar (podcast). Kenapa? Karena kami terlibat di masyarakat dan banyak hal yang mungkin nggak tersampaikan dengan baik. Ada gosip-gosip yang nggak sembarangan. Kita juga ingin kasih lihat, sebagai putri raja kami juga bisa bekerja dan berorganisasi. Ada yang ngurusin pertahanan, perlindungan perempuan. Jadi YouTube itu apa yang keluar dari kami seperti itu, jujur, tanpa ada filter media atau institusi," jelas perempuan kelahiran Desember 1983 itu.