Nama Joko Pinurbo atau akrab disapa Jokpin dikenal sebagai salah satu penyair kenamaan Indonesia yang aktif berkarya. Setelah tertunda dua tahun lamanya, Jokpin akhirnya menerbitkan buku kumpulan cerita pendek atau cerpen perdananya yang berjudul Tak Ada Asu di Antara Kita.
Kumcer ini adalah bentuk karya pertamanya dalam cerita pendek yang dibukukan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU). Saat sistem pre-order buku tersebut, laku sekitar 1.000 eksemplar dari cetakan awal 4.000 kopi yang dicetak.
"Karya-karya Joko Pinurbo selalu dinantikan pembacanya, bahkan saat pre-order kemarin laku seribu kopi," ungkap Editor Sastra GPU, Mirna Yulistianti, saat diwawancarai detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mirna mengatakan buku kumcer Tak Ada Asu di Antara Kita temanya menarik untuk dibaca dan karya Jokpin selalu berhasil mengemas kritik sosial dengan jenaka, getir, dan protes hal-hal sehari-hari tidak terlalu blak-blakan.
"Jokpin masih memakai tools dalam karya puisi-puisinya dalam kalimat di cerpen," sambungnya.
Jokpin memang dikenal sebagai sastrawan yang kerap satire dan jenaka dalam menuangkan gagasannya ke dalam tulisan. Penyair asal Yogyakarta ini juga kerap menyelipkan nuansa humor dan komedi yang menjadi ciri khasnya.
![]() |
Di dalam buku kumcer Tak Ada Asu di Antara Kita terdapat 15 cerpen. Menurut keterangan Mirna, setelah sukses merilis banyak buku kumpulan puisi dan satu novel Srimenanti, Jokpin sudah mencetuskan ide untuk menggarap kumcer sejak sebelum pandemi.
Tapi lantaran pandemi, ia merespons situasi di Indonesia melalui karya berjudul Salah Piknik dan menerbitkan Epigram 60 di usianya yang menginjak angka 60 tahun.
"Janjinya memang dari dua tahun yang lalu. Saya sempat menanyakan 'Jadi nggak nih mas?', jadi sebenarnya proyek yang tertunda dua tahun," kata Mirna.
"Kami (Gramedia Pustaka Utama) juga komitmen untuk mengiringi perjalanan Mas Jokpin sampai kapanpun, selama masih menulis dan mau berkarya, kami siap menerbitkannya," tegasnya.
Tak Ada Asu di Antara Kita menjadi karya seorang Joko Pinurbo dalam medium lainnya yang belum pernah 'dijamah' oleh pembaca-pembacanya. "Ini karya yang keluar dari zona nyamannya, jika di puisi ada banyak kalimat pendek-pendek tapi sekarang ada alur berpikir yang lebih jelas," pungkasnya.
(tia/wes)