Indonesia International Book Fair 2022 siap dibuka pada 9 November di Hall B Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat. Berlangsung selama 5 hari berturut-turut, ada satu acara yang seru yakni Indonesia Rights Fair atau IRF.
IRF merupakan program khusus untuk transaksi hak cipta (copyrights) yang diselenggarakan 11-13 November 2022.
Di IRF, para penerbit, penulis, serta konten kreator dapat saling mempromosikan buku atau karyanya, melakukan transaksi hak cipta (copyrights) agar buku dan karyanya dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, melakukan kerja sama penerbitan bersama (co-publishing), serta kerja sama dalam berbagai hal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Umum IKAPI, Arys Hilman, menuturkan data dari tahun 2018 ada 26 judul buku-buku Indonesia yang terjual saat ajang IRF.
"Tahun 2019, dari data kami naik lagi menjadi 47 judul buku yang berhasil diterjemahkan ke bahasa asing dan terbit ke penerbit-penerbit mancanegara," tutur saat jumpa pers di gedung Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI, kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, Senin (7/11/2022).
Menurut Arys Hilman, khusus untuk tahun ini pihak IKAPI sebagai penyelenggara IIBF 2022 menargetkan sebanyak 70 judul buku agar bisa diterjemahkan dan terjual ke penerbit asing.
"Tahun ini kami targetkan sebanyak 70 judul buku. Punya-nya Pak Menteri (Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI) juga sudah diterbitkan ke dalam bahasa Inggris dan dibeli penerbit Jerman," ungkap Arys Hilman.
Lanjutnya, hal-hal tersebut yang perlu didorong dalam ajang pameran buku tertua di Indonesia tersebut.
"Sebelum pandemi, nilai hak ekonominya tidak banyak sekitar Rp 11,3 miliar dan kita harapkan meningkat menjadi dua kali lipat dari tahun 2019. Lebih dari nilai ekonomi sebenarnya, pada nilai sosial budaya dan dibaca oleh orang-orang di luar Indonesia," tegasnya.
Arys Hilam juga berharap agar Indonesia punya lagi translation funding program atau program penerjemahan ke bahasa asing yang dahulu dipegang oleh Komite Buku Nasional atau KBN namun telah ditiadakan.
"Kita sudah berproses agar Indonesia punya program seperti itu, penting juga agar buku-buku kita ada di negara lain," katanya.
"Semoga program serupa bakal ada lagi di tahun-tahun mendatang. Turki sudah punya, Jepang melalui Japan Foundation juga sudah punya dari bahasa Jepang ke bahasa asing. Di Korea sejak tahun 1993 juga sudah punya lembaga untuk menerjemahkan. Semoga Indonesia bisa menyusul," pungkasnya.
(tia/wes)