IPA World Congress Digelar di Jakarta, Ada Pembahasan soal Pembajakan Buku

IPA World Congress Digelar di Jakarta, Ada Pembahasan soal Pembajakan Buku

Tia Agnes Astuti - detikHot
Senin, 17 Okt 2022 14:01 WIB
IPA World Congress ke-33 Digelar di Jakarta pada 10-11 November 2022.
IPA World Congress ke-33 bakal diselenggarakan di Jakarta pada 10-11 November 2022. Foto: Courtesy of IKAPI Pusat
Jakarta -

Penyelenggaraan International Publishers Association (IPA) World Congress atau Kongres Dunia Asosiasi Penerbit Internasional ke-33 bakal digelar di Jakarta pada 10-11 November 2022.

Sekitar 70 negara rencananya bakal berpartisipasi meramaikan agenda dari industri perbukuan internasional tersebut. Mulai dari Amerika Serikat, Turki, Malaysia, Singapura, Australia, Jepang, Inggris sampai India.

Apa saja yang bakal dibahas dalam Kongres Dunia Asosiasi Penerbit Internasional?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) sebagai penyelenggara, Arys Hilman Nugraha, menuturkan IPA World Congress bakal membahas mengenai kebebasan untuk menerbitkan, keberagaman, penerjemahan buku sampai permasalahan copyrights atau hak cipta.

"Kalau bicara soal buku-buku kita sebenarnya sudah kaya yah. Dari Sumatera, Sulawesi Selatan sampai Kalimantan Barat, jumlah bukunya sudah ada ribuan, tidak hanya level nasional tapi juga internasional," kata Arys Hilman Nugraha saat menyambangi kantor detikcom, belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Wakil Ketua Umum bidang Kerjasama dan Hubungan Internasional IKAPI, Wedha Stratesti Yudha juga menambahkan diskusi mengenai penerbitan karya-karya penulis perempuan juga bakal dibahas.

"Women in publishing juga bakal dibahas selain freedom to publish, juga akan dibahas soal copyrights. Masalah pembajakan kan jadi urusan global di seluruh dunia," sambun Wedha.

Arys Hilman juga menambahkan urusan pembajakan tidak hanya terjadi di Indonesia maupun negara-negara Asia Tenggara lain. Dia mengaku saat menceritakannya kepada penerbit Jerman, ternyata negara maju itu juga mengalami permasalahan yang sama.

"Ada 'penumpang gelap' itu yang menjadi permasalahan global. Di kita (Indonesia) masalah juga banyak terjadi di marketplace. Apalagi di Asia Tenggara, wah buku-buku bajakan dikirim dari sini," tegasnya.

Salah satu hal yang dikhawatirkan adalah, lanjut dia, suasana permisif di marketplace atau toko-toko online. "Saking permisifnya, sudah declare mereka mengatakan ini adalah self printed atau cetak sendiri. Atau declare kualitasnya setara original, ini suasana permisif yang berbahaya di industri ekonomi kreatif kita. Begitu masuk ke dunia digital, seakan-akan produk itu harus gratis," ungkap Arys.

Selama satu dekade terakhir, mata dunia internasional sedang menyorot ke Indonesia. Indonesia sukses menjadi guest of honour di ajang Frankfurt Book Fair (FBF) dan market focus di London Book Fair.

Kini di penghujung tahun, IPA World Congress menjadi momentum bagi industri buku Tanah Air bagi publik internasional.

"Kita berharap Jakarta sebagai tuan rumah IPA World Congress jadi momentum yang tepat di dunia perbukuan Indonesia," tukas Arys.




(tia/pus)

Hide Ads