Setiap tahunnya, penghargaan Pulitzer menjadi ajang bergengsi dan tertinggi dalam bidang jurnalisme di Amerika Serikat. Anugerah ini juga memberikan penghormatan kepada pencapaian di bidang sastra dan musik.
Awal pekan ini, novel yang terinspirasi dari kisah nyata mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memenangkan Pulitzer bidang sastra.
Novel berjudul The Netanyahus karya Joshua Cohen itu bergenre fiksi dan terbilang komikal. Karyanya berlatar dekade 1959 sampai 1960 yang berpusat tentang sejarawan Yahudi di sebuah universitas.
Dalam novel, pria tersebut bernama Benzion Netanyahu yang meninggal pada 2012. Dia sejarawan abad pertengahan dan ultra-nasionalis yang mengajar di beberapa sekolah Amerika Serikat, termasuk Universitas Denver dan Cornell.
Karya yang memiliki sub judul 'Sebuah Kisah Kecil dan Episode yang Akhirnya Diabaikan dalam Sejarah Keluarga yang Sangat Terkenal' dipuji para kritikus. Buku ini dipuji karena punya perpaduan antara kecerdasan dan debat intelektual tentang Zionisme dan identitas Yahudi.
Kritikus sastra, Taffy Brodesser-Akner dari The New York Times, mengatakan novel ini adalah karya menyebalkan dan membuat frustrasi.
"Ini adalah karya yang menyebalkan, membuat frustrasi, dan megah - dan juga menyerap, menyenangkan, lucu, menakjubkan, dan novel terbaik dan paling relevan yang pernah saya baca," katanya.
Banyak pemenang dari Pulitzer kategori fiksi yang bukunya menjelajahi tema ras, klasifikasi kelas, dan situasi sosial di masa sekarang.
Selain novel The Netanyahu's, naskah drama Fat Ham karya James Ijames dari adaptasi Hamlet juga menerima Hadiah Pulitzer kategori drama.
Mendiang Winfred Rembert menang untuk biografi Chasing Me to My Grave: An Artist's Memoir of the Jim Crow South. Karya jurnalistik Invisible Child: Poverty, Survival & Hope in a American City karya Andrea Elliot juga menang kategori nonfiksi.
Simak Video "Video: Kecaman Netanyahu gegara Prancis-Inggris Dukung Negara Palestina"
(tia/wes)