Buku kumpulan cerita pendek atau cerpen warga binaan dan anak-anak yang terangkum dalam Suara di Balik Jerjak resmi diluncurkan hari ini. Ada 26 cerita terbaik dari hasil Sayembara Menulis Cerita Second Chance Foundation yang digelar pada akhir 2020 secara daring.
Dari hasil kompetisi ada 160 naskah dari 146 peserta yang mengirimkan cerpen. Karya yang diterima berasal dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan yang tersebar di 14 provinsi Indonesia.
Tim dewan juri yang terdiri dari sastrawan Oka Rusmini, Feby Indirani, dan Nusril Basri sukses menyeleksi 26 naskah terbaik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Novelis Oka Rusmini menuturkan membaca karya-karya di dalam buku Suara Di Balik Jerjak seperti dihidangkan dengan potret-potret realita hidup yang dialami warga binaan dan anak-anak yang ada di lembaga pemasyarakatan.
Novelis Tarian Bumi dan Sagra ini menyatakan buku ini adalah potret hidup di luar jangkauan kita yang menuntun masyarakat, khususnya pembaca untuk meningkatkan empati kepada sesama.
"Sungguh cerita-cerita yang layak dikonsumsi oleh pembaca luas, bagaimana sesungguhnya hidup manusia-manusia yang diterungku. Beragam cerita di buku ini sungguh membuat kita berpikir banyak hal tentang potret ideal kemanusiaan itu sendiri," kata Oka dalam peluncuran secara virtual, Kamis (28/4/2022).
Feby Indirani menyatakan kumpulan cerita yang ada dalam Suara Di Balik Jerjak begitu imajinatif, getir dan mengharukan.
"Imajinatif, getir dan mengharukan. Suguhan alur dan karakter dalam cerita ini bisa mengejutkan. Lugu, tapi kerap menawarkan kearifannya sendiri. Sendu, tapi juga jenaka. Kumpulan cerpen ini memperkaya batin, mengajak Anda menyelami rupa-rupa kehidupan yang tak pernah terbayangkan," kata penulis buku Perawan Maria tersebut.
Selain dalam versi buku cetak dan ebook Bahasa Indonesia, Suara di Balik Jerjak juga diterjemahkan ke dalam versi Bahasa Inggris dengan judul Voices from Behind Bars.
(tia/wes)