Hans Bague Jassin atau lebih dikenal sebagai HB Jassin dikenal sebagai sastrawan, penyunting, cendekiawan, sekaligus kritikus sastra Indonesia. Namanya telah melanglang buana dengan berbagai karya yang diciptakan.
Sastrawan yang meninggal pada 11 Maret 2000, juga dikenal sebagai pendiri Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin yang berada di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM). Pusat dokumentasi itu terkenal memiliki koleksi-koleksi dari sastrawan dan karya-karyanya.
Berikut 5 fakta soal HB Jassin beserta karya-karyanya, yang juga dijuluki sebagai Paus Sastra Indonesia:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Pendiri Pusat Dokumentasi HB Jassin
Sebelum mendirikan Pusat Dokumentasi HB Jassin, kiprahnya dikenal melalui berbagai tulisan yang menjadi sumber referensi bagi pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. HB Jassin dikenal sebagai sastrawan yang mampu menggolongkan angkatan sastra di Indonesia.
Dia membuat buku yang membuat klasifikasi dari angkatan sastra Pujangga Baru, angkatan 45 yang dipelopori oleh Chairil Anwar sampai angkatan 66.
Periode tersebut menjadi rujukan pencinta sastra maupun mahasiswa sastra Indonesia yang masih belajar sampai sekarang.
2. Julukan Paus Sastra Indonesia
Lahir di Gorontalo, Sulawesi Selatan pada 13 Juli 1917, HB Jassin punya julukan sebagai Paus Sastra Indonesia. Dari mana asalnya?
Reputasi HB Jassin menjadi satu-satunya alasan, ia mendapat gelar tersebut. Ada banyak kritik dan esai sastra yang dimuat di berbagai media massa nasional.
Dalam berbagai ulasannya, HB Jassin sering menyebut-nyebut karya dan penulis yang pantas untuk diperhitungkan. Apabila ada karya pengarang baru yang diulas dan dinyatakan baik, semua orang akan mengamininya. Itulah mengapa Jassin dikatakan layaknya disebut sebagai Paus di Vatikan.
3. Bekerja di Balai Pustaka
Pada masanya, Balai Pustaka menjadi penerbit kompeten yang namanya diperhitungkan oleh penulis Indonesia. HB Jassin pun menerima tawaran Sutan Takdir Alisjahbana untuk menjadi redaktur buku.
Di Balai Pustaka, Jassin bekerja sampai 1947. Ia tetap memilih bekerja di lingkungan majalah kesusastraan dan kebudayaan. Di antaranya ada Mimbar Indonesia (1947-1966), Zenith (1951-1954), Bahasa dan Budaya (1952-1963, Kisah (1953-1956), Seni (1955), Sastra (1961-1969), dan Horison (1966--2000).
(Baca halaman berikutnya soal HB Jassin)
Simak Video "Video: Yang Beda di Kehamilan Anak Ketiga Evi Masamba"
[Gambas:Video 20detik]