5 Fakta Kuntowijoyo, Sastrawan yang Juga Ahli Ilmu Sosial Profetik

5 Fakta Kuntowijoyo, Sastrawan yang Juga Ahli Ilmu Sosial Profetik

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 22 Feb 2022 10:20 WIB
Sastrawan Kuntowijoyo
Berikut 5 fakta soal Kuntowijoyo yang juga dikenal sebagai sastrawan dan intelektual muslim. Foto: Wikipedia/ Istimewa
Jakarta -

Tepat hari ini pada 22 Februari, Kuntowijoyo yang dikenal sebagai sejarawan, budayawan, intelektual muslim, dan juga sastrawan meninggal dunia. Kuntowijoyo yang lahir pada 18 September 1943 meninggal di usia 61 tahun karena mengalami komplikasi sesak napas, diare, sampai ginjal.

Semasa hidupnya, setelah lulus menjadi Sarjana Sejarah di Universitas Gadjah Mada (UGM) di 1969 ia meluncur ke Amerika Serikat.

Kuntowijoyo kuliah Sejarah Amerika Serikat di Universitas Connecticut, AS dan lulus Strata 3 Ilmu Sejarah dari Universitas Columbia pad 1980. Dia pun mengajar di Fakultas Sastra UGM sampai menjadi Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di balik sejumlah prestasi akademiknya, Kuntowijoyo juga lihai dalam menulis novel. Berikut 5 fakta soal Kuntowijoyo yang juga dikenal sebagai ahli ilmu sosial profetik, di antaranya:

1. Pelopor Ilmu Sosial Profetik

Salah satu gagasan besar dari Profesor Kuntowijoyo berada di ilmu sosial. Ia mempelajari sampai mengembangkan Ilmu Sosial Profetik.

ADVERTISEMENT

Dilansir dari berbagai literatur, bagi Kuntowijoyo ilmu sosial tidak boleh berpuas diri dalam usaha untuk menjelaskan realitas di sekitar. Tapi ilmu sosial juga punya tugas transformasi menuju cita-cita yang diidealkan masyarakatnya.

Kuntowijoyo pun merumuskan tiga nilai dasar sebagai pijakan ilmu sosial profetik. Yakni humanisasi, liberasi, dan transendensi. Ilmu sosial Profetik kini banyak dikaji para mahasiswa.

2. Penulis Serba Bisa

Semasa hidupnya, Kuntowijoyo kerap dilabeli sebagai penulis serba bisa. Dalam buku Kuntowijoyo: Karya dan Dunianya yang terbit 2007, penulis Wan Anwar mengatakan kualitas dan produktivitas Kuntowijoyo sebanding dengan kekuatannya menulis karya ilmiah di bidang sejarah dan pemikiran sosial berbasis Islam.

Dia banyak menulis karya sastra seperti novel, kumpulan puisi, sampai naskah drama. Bahkan sejumlah buku pemikiran Islam juga berhasil ditelurkannya, salah satunya berjudul Identitas Politik Umat Islam hingga Muslim Tanpa Masjid.

3. Banjir Penghargaan

Naskah drama yang ditulis Kuntowijoyo Rumput-Rumput Danau Bento mendapatkan Hadiah Harapan sayembara Penulisan Lakon Badan Pembina Teater Nasional Indonesia. Dramanya berjudul Tidak Ada Waktu bagi Nyonya Fatma, Barda dan Cartas (1972) dan Topeng Kayu memperoleh hadiah dalam sayembara Penulisan Lakon Dewan Kesenian Jakarta 1972 dan 1973, yaitu Hadiah Harapan dan Hadiah Kedua.

Pada tahun 1986 ia mendapat Hadiah Seni dari Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.Tahun 1999 ia menerima SEA Write Award dari kerajaan Thailand. Pada 1997, ia juga menerima penghargaan Satyalencana Kebudayaan RI.

(Baca halaman berikutnya soal Kuntowijoyo)

4. Pendiri Leksi

Kuntowijoyo tak hanya dikenal sebagai sastrawan dan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM saja, namun juga pendiri Lembaga Kebudayaan dan Seniman Islam (Leksi). Ia juga terlibat dalam Studi Grup Mantika bersama Dawam Rahardjo, Sju'bah Asa, Ikranagara, Abdul Hadi W.M., dan Arifin C. Noer.

5. Doyan Baca

Punya sejumlah karya besar, tak membuat Kuntowijoyo sombong. Sejak kecil ketika memasuki masa SMP, ia sudah membaca banyak karya sastrawan besar Indonesia.

Sebut saja seperti novel-novel Hamka, HB Jassin, Pramoedya Ananta Toer, Nugroho Notosusanto, Charles Dickens hingga Anton Chekhov.

Kuntowijoyo tak berhenti menulis sampai meninggal pada 22 Februari 2005 atau 17 tahun yang lalu. Dia sukses menerbitkan delapan karya sastra berupa novel, naskah drama, dan antologi puisi salah satu yang terkenal adalah Pasar (1972).



Simak Video "Video: aespa Resmi Comeback dengan Lagu 'Dirty Work'"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads