5 Fakta Pramoedya Ananta Toer dan Karya-karyanya

5 Fakta Pramoedya Ananta Toer dan Karya-karyanya

Tia Agnes - detikHot
Rabu, 09 Feb 2022 18:26 WIB
Pameran Jejak Langkah Pram di RBoJ Coffee, Buncit, Jaksel pada 1-31 Agustus 2019
5 fakta soal Pramoedya Ananta Toer dan karya-karyanya. Foto: Tia Agnes
Jakarta -

Februari menjadi bulannya Pramoedya Ananta Toer. Jika sastrawan kelahiran Blora itu masih hidup, maka tanggal 6 Februari dia berumur 97 tahun.

Pada 6 Februari 1925, pria yang akrab disapa Pram itu lahir. Dia dikenal luas sebagai salah satu pengarang paling produktif dalam sejarah sastra Indonesia.

Dalam Wikipedia disebutkan, Pram berhasil melahirkan lebih dari 50 kaya dan diterjemahkan ke dalam lebih 42 bahasa asing. Salah satu karyanya yang terkenal dan mendunia adalah Tetralogi Buru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut 5 fakta soal Pramoedya Ananta Toer, mulai dari kontroversi Bumi Manusia ketika difilmkan sampai fakta-fakta karyanya yang (mungkin) tidak diketahui publik, di antaranya:

1. Kontroversi Film Bumi Manusia

Ketika Falcon Pictures mengumumkan bakal mengadaptasi novel Bumi Manusia menjadi film, para pembaca setia Tetralogi Buru takut karya Pram bakal rusak. Adaptasi film yang disutradarai Hanung Bramantyo itu pun menuai kontroversi.

ADVERTISEMENT
Keluarga Pramoedya Ananta Toer, yakni Astuti Ananta Toer dan cucu Pram Angga Okta dan Rova Rivani ditemui di Jalan Multikarya II, Utan Kayu Timur, Jakarta Timur, Selasa (3/8/2019)Keluarga Pramoedya Ananta Toer, yakni Astuti Ananta Toer dan cucu Pram Angga Okta dan Rova Rivani ditemui di Jalan Multikarya II, Utan Kayu Timur, Jakarta Timur, Selasa (3/8/2019) Foto: Haykal/detikcom

Menurut putri Pram, Astuti Ananta Toer, ketika diwawancarai detikHOT mengatakan Pram bakal menyukai versi adaptasinya.

"Pastinya Pak Pram akan senang dengan film 'Bumi Manusia' dan Perburuan'," ujar putri Pram, Astuti Ananta Toer ditemui di kediaman kawasan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur pada Agustus 2019.

2. Jalan Pajang Bumi Manusia Diadaptasi

Putri Pram, Astuti Ananta Toer mengatakan rencana penggarapan film Bumi Manusia sudah direncanakan sepulang ayahnya dari Pulau Buru.

Penantian tersebut sudah dimulai puluhan tahun lalu, sejak pertama sutradara Oliver Stone menawar 'Bumi Manusia' agar difilmkan.

Tak berhenti sampai Oliver Stone, 'Bumi Manusia' juga pernah direncanakan difilmkan oleh Bola Dunia dan Elang Perkasa.

Keluarga Pramoedya Ananta Toer, yakni Astuti Ananta Toer dan cucu Pram Angga Okta dan Rova Rivani ditemui di Jalan Multikarya II, Utan Kayu Timur, Jakarta Timur, Selasa (3/8/2019)Keluarga Pramoedya Ananta Toer, yakni Astuti Ananta Toer dan cucu Pram Angga Okta dan Rova Rivani ditemui di Jalan Multikarya II, Utan Kayu Timur, Jakarta Timur, Selasa (3/8/2019) Foto: Haykal/detikcom

"Tawaran dari Bola Dunia terputus, akhirnya Pak Pram memutuskan mengirim surat dan tidak ada jawaban apa-apa. Dengan Bola Dunia tidak diteruskan, lalu tahun 2004 ada Elang Prakasa yang menandatangani kesepakatan pembuatan film," ujar Astuti ditemui di kediaman Pram, Jalan Multikarya II, Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, belum lama ini.

Bersama Elang Prakasa pun tak ada kepastian. Akhirnya Falcon Pictures maju bertemu dengan keluarga Pram dan obrolan pun terjadi. Awalnya dia tidak tahu siapa Falcon Pictures tapi setelah mencari tahu, pihak keluarga merasa klik.

"Akhirnya berbicara panjang lebar dan penandatanganan kontrak di tahun 2014," terang Astuti.

3. Pram Kembali Populer

Setelah film Bumi Manusia tayang, nama Pramoedya Ananta Toer kembali melejit. Titimangsa Foundation membangkitkan kembali jiwa Pram lewat seni pertunjukan, ada juga pameran arsip Jejak Langkah Pram yang digelar pada Agustus 2019.

Jejak Langkah Pram menjadi pameran alternatif untuk melihat sejarah bangsa Indonesia. Publik bisa melihat mesin ketik kesayangan Pram, dokumentasi kliping media massa tentang novel Bumi Manusia sampai cetakan novel edisi terjemahan berbagai bahasa lain.

(Baca halaman berikutnya)

4. Novel Perburuan Ditulis di Bui

Tak hanya Tetralogi Buru saja yang disusun di Pulau Buru saat Pram diasingkan namun juga novel Perburuan yang terbit perdana pada 1950. Perburuan mengisahkan tentang mantan tentara PETA yang diburu Jepang karena memberontak.

Keluarga Pramoedya Ananta Toer yakni Astuti Ananta Toer, cucu Pram Angga Oktta dan Rova Rivani ditemui di Jalan Multikarya II, Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Sabtu (3/8/2019)Keluarga Pramoedya Ananta Toer yakni Astuti Ananta Toer, cucu Pram Angga Oktta dan Rova Rivani ditemui di Jalan Multikarya II, Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Sabtu (3/8/2019) Foto: Haykal/detikcom

Pram menulis novel 'Perburuan' selama seminggu pada 1949 silam dan saat dipenjara di Bukit Duri oleh Belanda. Kerja paksa di luar penjara dengan upah 7,5 sen perhari dan kenyataan bahwa perang melawan Belanda belum kelihatan ujungnya membuat Pram putus asa.

Pram menulis novelnya ketika brusia 23 tahun dengan narasi tentang kemerdekaan dan nasionalisme terhadap bangsa Indonesia.

5. Dapat Mesin Tik dari Sartree

Ketika Pram diamankan untuk dibawa ke suatu tempat, Pram berpesan kepada pihak yang mengamankan agar arsip miliknya jangan dimusnahkan. Jika pemerintah membutuhkannya, silakan saja asal jangan dimusnahkan.

Dua tahun setelahnya, Pram telah mendekam mulai dari Salemba, Tangerang, Cipinang, Nusa Kambangan, Suka Miskin, hingga Pulau Buru.

Saat mendekam di Pulau Buru pada 1969-1970, tahanan politik (tapol) yang ada di sana merasa tidak ada harapan untuk menjalani masa yang akan datang. Dari situ, Pram membuat cerita secara lisan tentang seorang wanita desa yang tidak punya apa-apa, tidak punya kebisaan apa-apa menjadi sosok wanita yang kuat dan revolusioner.

Fakta lainnya ketika Pram berada di bui tanpa proses pengadilan, dia mendapatkan mesin tik oleh novelis kenamaan Sartree. Dia pun diizinkan untuk menulis oleh Sumitro.

'Bumi Manusia' pun mulai diketik di atas kertas semen lantaran keterbatasan kertas yang dijadikan untuk menulis. Untuk tinta, ia menggunakan arang atau daun pacar yang direbus, dicelupkan pitanya lalu dijemur.



Simak Video "Berwisata di Tempat Syuting 'Bumi Manusia' Yogyakarta"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads