Pandemi COVID-19 mampu menginspirasi puluhan penulis untuk menerbitkan buku antologi berjudul Cerita Saat Jeda - Kumpulan Rasa Saat Pandemi Mengimpit. Buku antologi yang diluncurkan secara daring ditulis oleh 27 penulis alumni kelas Kaizen Writing Workshop binaan Dee Lestari.
Murid dari kelas kepenulisan Dee Lestari yang membangun komunitas Semut Merah Kaizen menulis cerita fiksi dan non fiksi yang terinspirasi dari pandemi COVID-19.
"Dari 27 penulis ini sebenarnya berbeda latar belakang. Banyak yang baru menulis cerpen fiksi, untuk saya pribadi bersamaan dengan rilis Cerita Saat Jeda sudah lahir karya pribadi saya tapi teman-teman Semut Merah Kaizen tidak akan berhenti di satu karya saja," ucap Mutiarini dari Semut Merah Kaizen, saat peluncuran virtual buku antologi, Selasa (8/9) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak awal berdiri Semut Merah Kaizen, lanjut Mutiarini, semangat untuk menulis tidak berhenti.
"Kami ingin supaya ilmu tidak hanya menjadi ilmu tapi juga bisa dipraktikkan menjadi karya. Kami memulai membuat WhatsApp Group, saling menyemangati, ternyata semakin ke sini semakin berkembang akhirnya dibuatlah jadwal. Posting tulisan sampai menerbitkan buku antologi dengan tema pandemi," lanjutnya.
![]() |
Dee Lestari yang menjadi pengampu dari Kaizen Writing Workshop awalnya terkejut dengan rencana penerbitan yang dilontarkan komunitas Semut Merah.
"Saya sebagai seorang instruktur menulis atau guru merasa bahagia dan bangga karena inisiatif dari teman-teman untuk berkarya merupakan hal yang saya dorong dan percaya. Bahwa setiap berkarya tak ada kata tamat adalah pembelajaran yang penting," lanjut Dee.
Penulis Aroma Karsa juga takjub dalam waktu 2,5 bulan pengerjaan buku selesai. "Terutama, dengan dikerjakan secara bersama-sama dan tidak sporadis. Sebagai pengajar, ini adalah salah satu hadiah terbesar yang bisa saya peroleh," kata Dee.
![]() |
Buku antologi Cerita Saat Jeda diluncurkan secara virtual bertepatan dengan Hari Literasi Internasional yang dirayakan setiap tanggal 8 September. Bukunya pun sudah terjual sampai 700 eksemplar dalam waktu singkat.
Format penulisan yang dibebaskan di dalam buku diakui Dee menjadi nilai plus tersendiri. Hasil akhir tulisan di dalam buku pun bervariasi.
"Topiknya sangat relevan, kita semua sedang mengalaminya, rasanya menarik untuk menikmati. Apa sih hal-hal yang bisa dipikirkan di masa pandemi, masa yang sangat unik ini dan cerita-ceritanya sangat relatable dengan masa sekarang," pungkasnya.
Baca juga: 8 Pilar Kreativitas Menulis ala Dee Lestari |
(tia/dar)