Sepeninggal sastrawan besar Sapardi Djoko Damono yang berpulang pada 19 Juli, 26 profesor dan akademisi Universitas Indonesia (UI) membacakan puisi-puisinya. Salah satunya adalah Sapardi Djoko Damono.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam sesi virtual poetry reading membawakan puisi yang berjudul Terbangnya Burung.
"Puisi ini sangat mengena di hati saya. Seolah-olah Pak Sapardi ingin menyampaikan tentang pengabdian, keikhlasan, dan ketulusan. Di saat situasi COVID-19 saat ini, ketiga hal itu terasa sangat penting," tutur Sri Mulyani dalam siaran pers yang diterima detikcom, Kamis (30/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Mulyani menuturkan sosok Sapardi Djoko Damono adalah seorang pujangga besar yang namanya lintas generasi.
"Sajak dan puisinya yang indah senantiasa bersama kita dan abadi. Seorang yang mampu melahirkan kata dari rasa, kata-kata dari mata, telinga, suasana, kata-kata dari kala dan waktu yang tiada teraba," kata Sri Mulyani.
![]() |
Pembacaan puisi secara virtual yang juga dihadiri istri almarhum, Sonya Sondakh, itu digelar untuk memberikan tanda kehormatan. Kepergian Sapardi Djoko Damono juga membuat sivitas akademika UI berduka.
"Beliau memiliki tempat tersendiri di hati kami, beliau adalah seorang pujangga yang tidak hanya ada di hati generasi seperti kami, melainkan pula turut mengisi para generasi muda saat ini," tutur penggagas virtual poetry reading, Guru Besar FTUI, Riri Fitri Sari.
Sajak-sajak yang dibacakan di antaranya adalah Dalam Doaku, Sehabis Mengantar Jenazah, Berjalan ke Barat Waktu Pagi Hari, Akulah Si Telaga, Di Tangan Anak-anak, Kenangan, hingga Ayat-ayat Tokyo.
Selain pembacaan puisi, acara yang digelar daring ini juga dimeriahkan oleh Niniek L Karim yang membawakan cerpen Sapardi Djoko Damono berjudul Surat. Ia juga pegiat seni dan dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
(tia/dar)