"Ada 10 narasumber dari lintas disiplin, ada yang dari penulis, animator, komikus, graphic designer, dan lain-lain. Dan 10 penerbit yang akan memajang karyanya di Frankfurt. Totalnya ada 20 delegasi yang semuanya disponsori oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)," ujar Ketua Komite Buku Nasional (KBN), Laura Prinsloo, usai jumpa pers di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, Kamis (29/9/2016).
Simak: 'Literaturia', Festival Literasi Pertama di Surabaya Digelar Akhir Pekan Ini
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahkan untuk Laksmi Pamuntjak ada diskusi tentang penghargaan Liberaturpreis Jerman untuk novel Amba," lanjut Laura.
Nama-nama yang ditampilkan memang sudah mendunia. Seperti Eka adalah penulis novel yang masuk dalam nominasi The Man Booker International Prize 2016 untuk bukunya Lelaki Harimau (Man Tiger). Serta Eka baru saja menerima penghargaan FT/OppenheimurFunds Emerging Voices untuk kategori fiksi mengalahkan dua penulis Tiongkok lainnya. Cerpen Seno yang berjudul "Saksi Mata" juga pernah memperoleh Dinny O'Hearn Prize for Literary, 1997.
Steering Comittee Komite Buku Nasional Goenawan Mohamad mengatakan kehadiran Indonesia di Frankfurt Book Fair tahun ini atas undangan dari Presiden FBF. "Saya gembira ada isyarat kalau ini adalah proyek bersama dan berkelanjutan. Bahkan usaha kita sebagai tamu kehormatan telah berhasil, dan dianggap tersukses sepanjang 10 tahun penyelenggeraan," tuturnya.
Stand nasional Indonesia pun, lanjut Goenawan, berhasil ditampilkan secara kontemporer, kreatif, dan plural. "Plural itu penting karena Indonesia masyarakatnya beragam."
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, pun mendukung Stand Nasional di FBF kali ini. "Terlepas dari kurang atau tidaknya persiapan guest of honour, Goenawan Mohamad adalah sosok yang menyukseskan FBF. Perbukuan juga menjadi sub-sektor dari Bekraf dan sekarang kami menjalin kerjasama antara Kemendikbud dan Bekraf di industri perbukuan," tutupnya.
Nantinya, Indonesia akan menempati tiga venue. Venue pertama adalah Stand Nasional yang luasnya sekitar 200 meter persegi dan memajang sekitar 300 judul buku. Kedua, Stand Buku Anak yang memamerkan buku anak yang dipilih oleh Tim Kurator Independen. Ada 40-50 buku dengan luas seukuran 50 meter persegi. Venue ketiga adalah Agora yang dibangun untuk Indonesia seukuran 50 meter persegi, disertai panggung yang dibutuhkan untuk performance art.
Selain itu, terdapat lima panggung lainnya sebagai tempat narasumber mengisi acara. Yakni, dua sesi di International Stage, Business Club, dan Show Kitchen di Gourmet Gallery, dan Children Stage.
Frankfurt Book Fair adalah buku internasional terbesar dan tertua di dunia dan dianggap sebagai pameran buku terpenting. Setiap tahunnya, FBF diikuti oleh sekitar 7.000 peserta pameran dari sekitar 100 negara dan pengunjung pameran yang mencapai lebih dari 286.000 orang. Informasi selengkapnya tentang Stand Nasional Indonesia di situs http://islandsofimagination.id.
(tia/mmu)