Sepeninggal pelukis asal Bali, I Gusti Ayu Kadek (GAK) Murniasih, karya-karyanya makin dicari dan dipamerkan di berbagai pameran seni internasional. Kini, lukisan-lukisan I GAK Murniasih bakal mejeng di ajang Art Basel di Basel, Swiss, tahun ini.
Di pameran seni bertaraf internasional itu, karya I GAK Murniasih direpresentasikan oleh Gajah Gallery. Pameran tunggal seniman revolusioner itu menjadi satu-satunya seniman Asia Tenggara yang ditampilkan dalam sektor sektor Feature.
Presentasi Gajah Gallery di Art Basel 2023 menghadirkan sejumlah lukisan awal yang beberapa diantaranya belum pernah dipamerkan ke publik, sekaligus mendorong pembacaan lebih dalam tentang tema-tema yang menonjol dalam kekaryaannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan melakukan presentasi ini, galeri membahas kedalaman yang belum dijelajahi dalam luasnya kumpulan karya Murni, mengkaji relevansi dan urgensi karyanya dalam konteks sekarang, dan dengan memamerkan karyanya di luar Asia Tenggara, menilai kembali kekuatan warisan budaya di panggung global," tulis Gajah Gallery dalam keterangannya.
Dalam pameran tunggal kali ini, lukisan-lukisan yang ditampilkan seputar tubuh, trauma, mimpi, dan hasrat perempuan. Karyanya terinspirasi dari kehidupan personal namun mampu melampaui zamannya.
Dia juga kerap hewan nyata maupun makhluk fantastik yang berulang dalam karya-karya seperti Kecintaanku Bersama Burung mengundang diskusi lebih dalam tentang ketertarikannya pada mimpi, yang telah dikaitkan dengan pengetahuan dan praktik kuno masyarakat adat, cenayang, dan tabib-tabib.
Dalam sebuah wawancara, pasangan sang seniman semasa hidupnya Mondo Zanolini, mengatakan Murni mendeskripsikan karya-karyanya sebagai 'mimpi' untuk menghindari kecaman atas lukisan yang lebih sensual dan eksplisit, serta sering dilabeli pornografi.
"Karena apa yang muncul dalam mimpinya berada di luar kendalinya, ia hanya melukis alam bawah sadarnya," kata Mondo Zanolini.
Sejak kematiannya pada 2006, lukisan-lukisan I GAK Murniasih disambut di skena seni Asia Tenggara. Kemampuan melukisnya, kekuatan, dan orisinalitas melampaui klise kisah korban ketidakadilan.
Karyanya telah dipamerkan di berbagai institusi bergengsi seperti Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN), the National Gallery of Australia, dan 58th edition of Carnegie International.
I GAK Murniasih lahir di Bali pada 1966. Di usia pertengahan 20-an, Murniasih menerima panggilan hidupnya sebagai seniman. Dia belajar di bawah bimbingan I Dewa Putu Mokoh, yang mengajarinya gaya lukis Pengosekan, namun sebagian besar ilmunya ia dapatkan secara otodidak.
Dia mengasah gayanya sendiri dengan garis-garis meliuk yang tegas dan warna yang cerah dan berani, dan melepaskan diri dari tema-tema tradisional untuk menyambut subjek batin yang sangat pribadi - masa lalunya yang traumatis dan mimpi-mimpinya yang liar dan hidup.
Penyelenggaran Art Basel di Basel, Swiss, berlangsung pada 15-18 Juni 2023.
(tia/dar)