Seniman Zehra Dogan yang juga berprofesi sebagai jurnalis melakukan demonstrasi yang viral di Twitter sejak awal pekan ini. Dia membuat seni performans yang mengoleskan darah di depan Kedutaan Besar Iran di Berlin, Jerman. Hiii..
Pertunjukan yang digelar dalam solidaritas aksi bersama perempuan Iran itu memprotes kematian Mahsa Amini, 22 tahun. Mahsa Amini diduga dipukuli oleh polisi moral sampai masuk ke rumah sakit karena tidak memakai hijab.
Mahsa Amini dan pengunjuk rasa di depan Kedubes Iran di Jerman sama-sama berasal dari suku Kurdi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam video pertunjukan yang diposting sang seniman ke media sosial, dia tampak mengoleskan campuran dari apa yang digambarkan sebagai rambut, pacar, dan darah menstruasi di gerbang dekat kedutaan. Tak berapa lama kemudian, dua polisi pun tiba.
Salah satunya menyeret sang seniman untuk pergi. Dilansir dari Art Newspaper, Zehra Dogan ditahan sebentar lalu dibebaskan keesokan harinya.
"Mereka belum memberikan hukuman apapun sekarang, tapi nanti konsulat Iran dapat menuntut denda karena merusak properti itu," kata juru bicara Zehra Dogan.
Di akun Twitter pribadinya, Zehra Dogan menuturkan aksi yang dilakukannya sengaja dibuat di depan Kedubes Iran di Berlin.
"Kami di depan mereka dengan apa yang mereka kutuk: darah menstruasi, pacar, dan rambut. Kami tidak sendirian, kami ada di mana-mana," katanya.
Maahsa Amini meninggal pada 16 September di Teheran, Iran. Dia ditangkap oleh polisi moral Iran, diduga karena gagal mengikuti cara berpakaian negara untuk perempuan salah satunya mengenai hijab.
Polisi di Iran mengklaim Mahsa Amini meninggal karena serangan jantung setelah ditahan karena pakaian tidak sopan-nya. Keluarganya pun membantah narasi polisi dan mengatakan selama di penjara, dia ditahan.
Kematian Maahsa Amini memicu protes dunia internasional. Banyak seniman di seluruh dunia juga melakukan unjuk rasa atas kematian tersebut.
(tia/dar)