Ruangrupa berhasil menorehkan sejarah sebagai direktur artistik pertama asal Asia di ajang documenta fifteen, Kassel, Jerman. Sayangnya sejak dibukanya pameran seni tertua di benua Eropa itu kerap menuai kontroversi, salah satunya isu mengenai anti-Semit.
Salah satu peristiwa yang fenomenal adalah ketika karya seni Taring Padi asal Yogyakarta diturunkan secara permanen. Karya yang mengkritisi rezim Soeharto dianggap mengandung citra anti-Yahudi.
Kini, penyelenggaraan documenta fifteen telah usai. ruangrupa yang mencetuskan ide mengenai 'lumbung' bakal memboyongnya ke berbagai negara, salah satunya negara di Afrika Selatan.
Kabar itu dibagikan ruangrupa melalui akun media sosial resminya, seperti dilihat detikcom.
"Lumbung akan berlanjut! Di Kampala, Uganda.
'Proposal ruangrupa soal lumbung membuat kami bahagia di sini Wakaliga. Berpartisipasi di documenta fifteen membuat kami bertemu banyak seniman dari seluruh dunia dan bertemu banyak teman di documenta fifteen. Kami menikmati itu. Kami belajar, dan membagikannya. Dan pengalaman yang kami dapat di documenta sekarang kami bagikan.. generasi masa depan dari Wakaliwood dan komunitas di Wakaliga. Kami bahagia dan terhormat menjadi bagian dari documenta fifteen. Terima kasih kepada ruangrupa atas undangannya. Terima kasih documenta," tulis @lumbung.space.
Wakaliga Uganda dikenal sebagai Ramon Film Productions yakni studio film yang berdiri sejak 2005 di Wakaliga, salah satu daerah kumuh di Kampala. Mereka jadi salah satu seniman yang diundang oleh ruangrupa di documenta fifteen.
Tak hanya di Uganda saja, namun konsep 'Lumbung' bakal berlanjut ke kota-kota lainnya di mancanegara. Seperti halnya di Jatiwangi Art Factory, Purwakarta, Jawa Barat.
Kelompok seniman Jatiwangi berjanji bakal melanjutkan konsep 'Lumbung' di daerahnya. Sama halnya oleh Baan Noorg asal Ratchaburi, Thailand.
"Kami bakal melanjutkannya di sini," tukasnya.
Konsep 'Lumbung' menjadi tema sekaligus fokus dalam documenta fifteen. Lumbung adalah tempat di mana padi yang dihasilkan oleh masyarakat disimpan sebagai sumber daya bersama di masa depan.
Jika documenta diselenggarakan atas dasar niat mulia untuk menyembuhkan luka-luka Eropa pasca perang, maka konsep ini memperbesar niat tersebut untuk menyembuhkan luka-luka lain yang berakar pada kolonialisme, kapitalisme, keterpencilan, dan patriarki.
Simak Video "Diperiksa Selama 12 Jam, Yoo Ah In: Aku Sangat Menyesal"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/dar)