ruangrupa Buka Suara soal Kontroversi Karya Seni Taring Padi di Kassel

ruangrupa Buka Suara soal Kontroversi Karya Seni Taring Padi di Kassel

Tia Agnes Astuti - detikHot
Jumat, 24 Jun 2022 18:47 WIB
A professional visitor looks at a work by the Fondation Festival sur le Niger from Mali at the Huebner-Areal, one of the venues of the documenta fifteen contemporary art exhibition in Kassel, central Germany on June 16, 2022. - documenta 15 takes place at 32 exhibition and event venues in Kassel from June 18 to September 25, 2022 and is curated by Indonesian artists collective ruangrupa. - RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY MENTION OF THE ARTIST UPON PUBLICATION - TO ILLUSTRATE THE EVENT AS SPECIFIED IN THE CAPTION (Photo by Anton Roland LAUB / AFP) / RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY MENTION OF THE ARTIST UPON PUBLICATION - TO ILLUSTRATE THE EVENT AS SPECIFIED IN THE CAPTION / RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY MENTION OF THE ARTIST UPON PUBLICATION - TO ILLUSTRATE THE EVENT AS SPECIFIED IN THE CAPTION (Photo by ANTON ROLAND LAUB/AFP via Getty Images)
Ruangrupa dan tim artistik documenta fifteen saat jumpa pers pada 15 Juni 2022. Foto: AFP via Getty Images/ANTON ROLAND LAUB
Jakarta -

Direktur Artistik ruangrupa akhirnya buka suara mengenai kontroversi karya seni Taring Padi yang dipamerkan di Kassel, Jerman. Baliho raksasa Keadilan Rakyat yang dibuat pada 2002 dianggap anti-Semitisme.

Pada 23 Juni, ruangrupa membuat pernyataan terbuka yang dipublikasikan di situs resmi documenta fifteen. Dalam tulisannya, ruangrupa menuturkan documenta 15 mengalami banyak rintangan.

"Dibuka dengan seminggu penuh kegembiraan, harapan, pertukaran, dan suasana luar biasa untuk seluruh kota Kassel. Kami berterima kasih kepada seluruh tim documenta, komunitas seniman lumbung, dan semua orang yang mengunjungi kami sejak pekan lalu," tulis ruangrupa, seperti dikutip detikcom.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam tulisan berikutnya, ruangrupa mengaku menyesal karya seni Keadilan Rakyat ciptaan Taring Padi mencuat menjadi pro kontra sejak 20 Juni 2022. Puncaknya, karya ditutupi dengan kain hitam atas arahan dari dewan pengawas documenta.

"Faktanya kami secara kolektif gagal menemukan figur dalam karya yang merupakan karakter yang membangkitkan stereotip klasik anti-Semitisme," ungkap ruangrupa.

ADVERTISEMENT

"Kami mengakui bahwa ini adalah kesalahan kami dalam berdiskusi dengan Taring Padi. Kami mendukung keputusan untuk menghentikan karya seni dengan prinsip dan nilai-nilai mereka, untuk bekerja dekat dengan masyarakat termasuk setiap kelompok etnis dan agama," sambungnya lagi.

ruangrupa yang mencetak sejarah sebagai direktur artistik pertama dari Asia yang bekerja mengkurasi documenta itu kembali meminta maaf atas rasa kecewa, malu, frustasi, dan keterkejutan dengan adanya stereotip tersebut.

"Kami juga meminta maaf atas rasa sakit dan ketakutan pada mereka yang melihat figur itu," tegasnya.

Gambaran itu, lanjut mereka, merupakan sejarah kelam dalam Jerman ketika orang-orang Yahudi menjadi sasaran dan dibunuh secara besar-besaran. "Bagi komunitas Yahudi di Kassel dan seluruh Jerman yang kita anggap sebagai sahabat dan yang masih hidup di bawah trauma masa lalu, dan kepada rekan kita yang berjuang melawan segala bentuk," kata ruangrupa.

ruangrupa juga menjelaskan baliho Taring Padi itu dibuat 20 tahun lalu saat Indonesia berada di bawah rezim Suharto. Sejarah kelam di Tanah Air itu masih belum terselesaikan sejak tahun 1965.

Di akhir tulisannya, ruangrupa juga berterima kasih atas kritik membangun dan solidaritas yang ditemui banyak orang di Kassel, Jerman, dari berbagai institusi termasuk seniman.

"Kami di sini tinggal dan bertekad untuk menjaga pameran ini terbuka terhadap segala rintangan. Kami di sini terbuka untuk percakapan yang tulus dan pembelajaran lebih baik ke depannya lagi. Kami ingin melanjutkan dialog dengan mereka yang tulus mendukung kami dan percaya kepada kami," pungkasnya.




(tia/dar)

Hide Ads