Titimangsa Foundation tak berhenti berkarya meski pandemi COVID-19 menghantam secara global. Sempat tertunda selama dua tahun lamanya, Teater Musikal Monolog Inggit Garnasih akhirnya diumumkan kembali diselenggarakan pada 20 dan 21 Mei 2022 di Ciputra Artpreneur Theatre, Jakarta.
Untuk pertama kalinya, Titimangsa Foundation bakal berjumpa dengan para pencinta teater dan menjual kembali tiket pertunjukan.
Nama Inggit Garnasih mengemuka setelah Ramadhan KH menulis kisahnya lewat buku berjudul Kuantar Ke Gerbang. Inggit Garnasih merupakan salah satu tokoh penting dalam perjalanan sosok Soekarno sebagai Presiden Pertama Republik Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inggit Garnasih adalah seorang istri yang setia menemani Soekarno dalam berbagai masa perjuangan. Ia meracik jamu, membuat bedak dingin, menjual peralatan pertanian, segala dilakukannya agar Bung Karno tetap setia dan teguh pada cita-citanya memerdekakan bangsa dari kolonialisme dan imperialisme.
Produksi ke-53 dari Titimangsa Foundation ini bukan yang pertama kalinya diselenggarakan. Sebelumnya telah dipentaskan sebanyak 14 kali sejak 2011 di Jakarta dan Bandung.
Pada Pementasan kali ini, Titimangsa kembali menghadirkan 'Monolog Inggit' yang berbeda dari sebelumnya, dan semua yang terlibat merupakan sosok para perempuan hebat seperti produser dan ko-produser perempuan yakni Happy Salma dan Marsha Timothy.
Penulis naskah dan komposer juga perempuan, yakni Ratna Ayu Budhiarti dan Dian HP. Sedangkan untuk busana akan berkolaborasi dengan desainer ternama tanah air, Biyan.
Iringan musik yang kali ini mengangkat musik orchestra dari Jakarta Concert Orchestra dan paduan suara Batavia Madrigal Singers.
Pendiri Titimangsa Foundation, Happy Salma mengatakan pementasan kembali tentang Iggit Garnasih ini karena kisah perjalanan hidup Ibu Inggit masih sangat relevan saat ini.
"Perempuan adalah pusat dari semesta rumah tangganya. Perempuan yang harus merawat semangat suami dan orang-orang sekitarnya tapi juga pada saat bersamaan, harus meredakan badai dalam hati dan mengambil sikap untuk tetap tegak setelah ombak," katanya dalam keterangan yang diterima detikcom.
Happy Salma menerangkan meski pentas sempat tertunda selama dua tahun, 40 persen pembeli tiket tidak mau mengembalikan tiketnya dan tetap akan menanti kapan saja.
"Ini adalah sebuah keniscayaan dan kepercayaan bahwa kedepannya kita bisa melaksanakan pertunjukan, bertemu dengan penonton, dan menumbuhkan ekosistem seni pertunjukan Indonesia," tandasnya.
(tia/dal)