Ghozali Everyday Trending, Ini Salah Satu Alasannya

Ghozali Everyday Trending, Ini Salah Satu Alasannya

Tia Agnes - detikHot
Rabu, 19 Jan 2022 18:25 WIB
Ghozali Everyday
Ghozali Everyday menjadi fenomena Indonesia di awal 2022. Foto: screenshot/detikINET
Jakarta -

Sejak akhir Desember, minat terhadap Non-Fungible Token atau NFT di Indonesia mengalami kenaikan pesat. Di mancanegara, NFT sudah menjadi perbincangan sejak dua tahun terakhir akibat dampak pandemi.

Nama Sultan Gustaf Al Ghozali asal Semarang menjadi salah satu penyebab fenomena NFT sedang gila-gilaan di Tanah Air. Gegara foto selfie selama 5 tahun itulah, ia mampu mendapatkan keuntungan sampai Rp 1,5 miliar.

Di balik kepopuleran Ghozali Everyday, publik bertanya-tanya apakah bisa foto selfie menjadi sebuah karya seni yang diperjual-belikan? Apa sih yang menjadi istimewanya dari karya Ghozali Everyday tersebut?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muhammad Sabiq Hibatulhaqi, pemenang pertama dari kompetisi NFT bernama NFT Art Prized Moments 2021, menerangkan mengapa Ghozali Everyday menjadi booming di Indonesia.

"Secara ide sangat jujur banget dan konsisten untuk selfie selama 5 tahun. Dia selfie nggak setting tempatnya di mana. Cerita kan kenapa mulai selfie, karena nggak diterima kerja dan untuk membuat momen semasa kuliah," ungkap Sabiq ketika diwawancarai detikcom.

ADVERTISEMENT

Aktivitas sederhana yang dilakukan Ghozali, lanjut dia, butuh konsisten dan komitmen yang tinggi. Padahal ide awalnya, Ghozali untuk buat timelapse sampai akhirnya memutuskan untuk unggah ke toko online OpenSea.

"Harga awal Rp 60 ribu dan itu sudah hype di kalangan anak-anak NFT, ketika masuk ke masyarakat luas karena harga primary sells-nya sudah habis," ucap Sabiq.

Harga primary sells yang dimaksud adalah harga awal di OpenSea. Angkanya menjadi langka pun karena tiba-tiba saja mulai dicari orang.

Mereka atau konsumen yang mulai membeli karya Ghozali pun menaikkan harganya. "Harga dia sudah naik karena sudah di-pompom (dipromosikan) atau istilahnya di-horeinlah di Twitter dan medsos, ramai di mana-mana," lanjutnya.

Tren Ghozali itu semakin memunculkan karya serupa di laman OpenSea sampai foto tak masuk akal dijual.

(Baca halaman berikutnya soal Ghozali Everyday)

"Dari primary cuma Rp 60 ribu per foto akhirnya dijual ulang 0,08 NTH sampai puluhan juta, itu kan nggak masuk akal ya. Kalau lihat harganya di OpenSea, nggak pernah lihat sejarah harganya begitu. Akhirnya ada primary secondary (harga jual kedua), dan lain-lain," kata Sabiq.

"Aku melihat dari fenomena awal banget begitu. Lumayan banget untungnya," sambungnya.

Menurut Sabiq, keuntungan dari jual-beli di platform OpenSea adalah sistem royalti yang terus menerus didapatkan si kreator atau seniman yang menjual karya. Layaknya membeli buku, Ghozali pun mendapatkan royalti dan tak ada hentinya.

Hingga hari ini (19/01) tercatat ada 933 item yang ia jual di platfom OpenSea dengan volume penjualan mencapai lebih dari 370 dan lebih dari 500 kepemilikan.

Salah satu dari fotonya, yakni Ghozali_Ghozalu #921 dijual dengan harga 8.4 ETH atau setara $26,588.94 (Rp 381 juta).



Simak Video "Olimpiade Akhiri Kemitraan dengan Seri Mario & Sonic"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads