Teater Koma makin mendekatkan diri pada generasi muda yang gemar dan mencintai teater. Sejak COVID-19 mewabah di Indonesia dan belum berakhir, kelompok teater tertua di Indonesia itu mulai menayangkan pertunjukannya secara virtual.
Di penghujung 2021, melalui program Digitalisasi Koma 2021 ada beberapa pagelaran yang disuguhkan. Perempuan Berkarya dengan menampilkan karya empat sutradara wanita yang dipentaskan dan direkam di sanggar Teater Koma.
Ada Sari Madjid yang menyutradarai lakon Padang Bulan karya Nano Riantiarno. Rita Matu Mona juga membawakan lakon Siti Seroja, dilanjutkan dengan Polka Kojansow melalui lakon Arsena yang aktif bersama Teater Koma sejak 2013 di lakon Ibu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekar Dewantari juga menyutradarai lakon Arkanti karya Nano Riantiarno. Pada 2017,d ia memerankan tokoh Poli Picum dalam pertunjukan Opera Ikn Asin.
Untuk Teater Koma x Karya Karsa, para pencinta teater bisa menonton dua pementasan di situs Karya Karsa. Pertunjukan tersebut adalah Demonstran dan Opera Kecoa.
"Dua lakon yang seperti dua sisi mata uang yang sama. Demonstran mengupas kehidupan para penentu kebijakan dan intrik seputarnya, sementara Opera Kecoa mengangkat nasib mereka yang tertindas oleh para pemangku kekuasaan," tulis Teater Koma di laman Instagramnya, seperti dilihat detikcom.
Tahun ini Teater Koma merayakan hari jadi yang ke-44 tahun dan menghadirkan festival spesial selama 4 bulan lamanya.
Berada di usia yang lebih dari empat dekade, sutradara Teater Koma punya siasat untuk tetap bertahan. Menurut Nano Riantiarno, kesabaran adalah satu hal yang penting.
"Dulu sebagai sutradara saya sangat tidak sabar, apalagi di 10 tahun pertama. Tapi 24 tahun ke belakang, saya menjadi orang yang paling sabar, mendengarkan apa yang dilakoni aktor, memahami, dan mencoba untuk menikmatinya," ungkap Nano Riantiarno.
"Kesabaran itu adalah yang tidak dipunya sutradara lain," sambungnya lagi.
Sampai sekarang, Teater Koma telah menghasilkan produksi yang ke-156. Sebelum pandemi melanda, satu tahun bisa menggelar pementasan sebanyak dua kali di awal dan jelang akhir tahun.
"Dua produksi saja itu sudah luar biasa, karena ongkos produksi mahal sekali sekarang. Paling tidak, dengan bantuan multimedia kami beruntung menjadi semakin dekat dengan generasi muda," tukas Nano.
(tia/aay)