Tepat pada 1 Maret 2021, Teater Koma merayakan hari jadi yang ke-44. Berbagai perayaan digelar menyambut perhelatan akbar meski secara virtual.
Salah satunya adalah diskusi publik yang membahas dokumenter berjudul Catatan Tanpa Selesai yang disutradarai oleh George Arif. Dalam sesi diskusi tersebut, pendiri sekaligus penulis naskah Teater Koma, Nano Riantiarno, mengucapkan harap di usia yang ke-44 tahun.
"Sebetulnya, saya mengharapkan ada sebuah gedung pertunjukan. Perkara itu, saya tulis di tahun 1998. Saat itu saya bilang bukan penonton yang banyak, 100 saja, tapi sekarang 500 atau 750 saja sudah cukup," tutur Nano Riantiarno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nano Riatiarno melanjutkan hanya saja harapannya kala itu belum ada orang yang mampu mendanainya.
"Nggak apa-apa, saya tidak melihat itu sebagai keinginan," katanya.
Sekarang harapan itu diimpikan oleh anak Nano Riantiarno, Rangga. Menurut Nano, di usia yang menginjak 44 tahun sudah banyak anggota Teater Koma yang meninggal dunia.
"Kalau pertama kali pentas, disebut siapa saja yang meninggal. Di usia 44 tahun, banyak banget yang sudah meninggal tapi Alhamdulillah kita melihat itu sebagai keinginan yang bagus," kata Nano.
"Mudah-mudahan, keinginan kita agar Teater Koma bisa lebih maju lagi," sambungnya.
Sebelum pandemi COVID-19 menghadang Indonesia dan mancanegara, Teater Koma konsisten menggelar pertunjukan sebanyak dua kali dalam setahun. Sebelum ada pentas, mereka terbiasa latihan selama sekitar 5 sampai 6 bulan lamanya, lalu menyelenggarakan pementasan selama 14 hari berturut-turut.
Bagi Nano, menjadi seorang anggota Teater Koma haruslah orang yang setia dan loyalitas.
"Saya punya kode etik Teater Koma. Kalau sudah mengerti, baru masuk Teater Koma. Loyalitas dari mereka juga sangat penting. Anggota harus setia juga," pungkasnya.
(tia/srs)