Biennale Jogja 2021 Masih Digelar, Ada Kemeriahan dari Boki Emiria Show

Tia Agnes - detikHot
Senin, 01 Nov 2021 14:31 WIB
Biennale Jogja 2021 masih berlangsung sampai 14 November 2021 Foto: Courtesy Yayasan Biennale Yogyakarta
Jakarta -

Gelaran festival seni internasional Biennale Jogja 2021 masih digelar secara terbatas sampai 14 November 2021 di beberapa titik lokasi di Yogyakarta. Salah satu kemeriahan yang ditampilkan berasal dari Boki Emiria Show International Performance.

Akhir pekan lalu, ada dua kolektif bernama Broken Pitch dan Juanga Culture yang mengemas kegiatan bertajuk Boki Emiria Show International Performance. Ada lecture performance, fashion show sampai mengaktivasi ruang pameran di sekitar Jogja National Museum (JNM).

Boki Emiria Show International Performance terinspirasi dari sosok Permaisuri Boki Emiria Soenassa. Dia dikenal sebagai salah satu sosok perupa perempuan pertama di Indonesia dan merupakan anak keturunan Sultan Tidore.

Emiria belajar melukis secara otodidak seperti kebanyakan seniman pada masanya. Ia pernah belajar dan bergaul dengan seniman lainnya di Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI).

Pada masa penjajahan Jepang, Emiria merupakan anggota dari Poesat Keboedajaan (Keimin Bunko Shidoso).

Di salah satu acara Boki Emiria Show International Performance, ada fashion show dengan balutan tenun Tidore yang coraknya begitu khas. Citra etnik dan modern diramu menjadi gaya yang unik.

Bienale Jogja 2021 Foto: Courtesy Yayasan Biennale Yogyakarta

Fashion show Funkie Raha ini menjadi bagian dari gelaran bertajuk Boki Emiria Show International Performance yang diselenggarakan bersama dengan Broken Pitch dan Juanga Culture.

Ada 6 talent fashion show ini, tiga perempuan dan tiga laki-laki. Mereka adalah audiens lecture performance tenun Tidore, yang sebelumnya diadakan di sisi barat panggung utama JNM dengan Bams Conoras yang memiliki nama panggung Presiden Tidore sebagai pemateri.

Manajer program Biennale Jogja 2021, Ladija Triana, mengatakan fashion show ini mengenalkan kain Nusantara pada pengunjung pameran.



"Kami berusaha mengenalkan kain tradisional Nusantara dan menunjukkan pada masyarakat bahwa kain itu (Nusantara) tidak hanya dapat dikenakan untuk acara-acara tertentu (formal). Tapi juga bisa dipakai di acara-acara yang santai. Misalnya, bermain bersama teman dan menonton pameran," kata Ladija.

Pengenalan kain Nusantara dengan fashion show ini, bukan tanpa alasan. Ladija menerangkan, "Broken Pitch itu adalah kolektif yang fokus pada seni pertunjukan. Dari situ, dengan membuat fashion show kain Nusantara mereka dapat menanggapi persoalan yang menjadi perhatian Juanga Culture, yaitu Hari Batik."

Bienale Jogja 2021 Foto: Courtesy Yayasan Biennale Yogyakarta

Di bagian akhir pementasan, performance ditutup dengan tarung sarung Bugis, Sitobo Lalang Lipa, atau Sigajang Lalang Lipa. Pertarungan itu dilakukan oleh dua orang yang saling menikam di dalam sarung, sampai salah seorang di antaranya menemui ajal.

"Sitobo Lalang Lipa itu cara untuk menyelesaikan masalah di antara dua pria yang sudah tidak bisa diselesaikan dengan musyawarah," kata Ipang Sugali menjelaskan tarung sarung dari kacamata budaya daerahnya.

Selain seluruh penampil, kebanyakan penonton juga berasal dari ikatan mahasiswa atau masyarakat Timur yang berada di Yogyakarta. Bukan cuma pesta atau pertunjukan kebudayaan, pentas ini merupakan wujud solidaritas dan persaudaraan di panggung seni.



Simak Video "Video: Kadir Srimulat Kini Jadi Afiliator, Raup Puluhan Juta per Bulan"

(tia/Mar)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork