Bagi kamu pencinta seni Ibu Kota, jika pernah menyambangi Gedung B Galeri Nasional Indonesia (GNI) pastinya pernah melihat pameran tetap. Koleksi-koleksi milik negara itu dipajang di lantai dua Gedung B dan dibagi per beberapa tema.
Kini Galeri Nasional Indonesia menghadirkan tampilan berbeda di pameran tetap. Hadir dengan kemasan modern dan teknologi 360 derajat, pameran tetap bisa diakses secara terbuka untuk publik.
Dipandu oleh kurator Bayu Genia Krishbie, pameran tetap Monumen Ingatan dibagi ke dalam beberapa periode. Dimulai dari dekade 1800an sampai 1930an di masa kolonialisme dan orientalisme.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pameran tetap koleksi GNI ini dikontekstualisasikan dalam sejarah seni rupa dan nasional yang terjadi di Indonesia. Kami padukan dan bagaimana karya-karya seni rupa menjadi perwakilan zaman dalam sejarahnya," tutur Bayu Genia Krishbie memulai tur virtual yang berlangsung Rabu (17/3/2021).
Ada 7 ruangan atau periode yang dibagi dalam pameran tetap tersebut. Setelah karya-karya di era kolonialisme, dekade berikutnya adalah 1930an sampai 1940an, lalu 1950an saat pembentukan identitas nasional, masa transisi prahara politik dan kebudayaan di dekade 1960an.
![]() |
Kemudian, Orde Baru dan depolitisasi kesenian pada 1970an, masa keemasan Orde Baru yang menjadi puncak pembangunan di 1980an, sampai era 1990an hingga 2000an di globalisasi serta demokratisasi.
Salah satu koleksi GNI yang menarik adalah potret tentang Marsinah atau buruh yang dihilangkan dan dibunuh oleh tentara di dekade 1990-an karya Semsar Siahaan.
"Sosok Marsinah condong berpihak pada rakyat dan kaum marginal. Lukisan ini menggambarkan keriuhan dan keragaman ekspresi suara yang dimunculkan seniman di era 1990an sampai 2000an," kata Bayu Genia.
![]() |
(Baca halaman berikutnya soal koleksi di pameran tetap Galeri Nasional Indonesia)
Simak Video "Video: Galeri Nasional Bantah Isu Dugaan Pemberedelan Pameran Yos Suprapto"
[Gambas:Video 20detik]