Didik Nini Thowok Berbagi Sejarah Tradisi Lintas Gender di SIPFest 2018

Didik Nini Thowok Berbagi Sejarah Tradisi Lintas Gender di SIPFest 2018

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 10 Agu 2018 18:22 WIB
Didik Nini Thowok Berbagi Sejarah Tradisi Lintas Gender di SIPFest 2018 Foto: Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya
Jakarta - Pekan pertama di ajang Salihara International Performing-arts Festival (SIPFest) 2018 menampilkan Didik Nini Thowok. Ia membicarakan mengenai sejarah tradisi lintas gender dalam seni di mancanegara sampai Indonesia.

Didik Nini Thowok adalah salah satu seniman dan koreografer yang mempopulerkan seni lintas gender di Indonesia. Ia mampu menyamar menjadi karakter perempuan dari atas panggung. Tarian klasik, rakyat, modern, sampai komedi mampu ditarikan oleh Didik Nini Thowok.

Namanya pun sudah tak asing lagi di mata pecinta seni pertunjukan. Di awal lecture-performance, Didik Nini Thowok menjelaskan mengenai tradisi Kauki di Jepang, belajar tarian Noh dari aliran utara, adanya pemisahan teater laki-laki dan perempuan di Jepang, sampai seni lintas gender di Cina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Ketika cerita Didik Nini Thowok sampai di tanah Celebes, Sulawesi, ia pun mulai menceritakan tentang komunitas bissu.

Didik Nini Thowok Berbagi Sejarah Tradisi Lintas Gender di SIPFest 2018Didik Nini Thowok Berbagi Sejarah Tradisi Lintas Gender di SIPFest 2018 Foto: Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya


"Saya pernah belajar tarian di komunitas bissu di Pangkep Sulawesi. Bissu itu pendeta suci di masa kerajaan I La Ligo tapi setelahnya malah dipaksa masuk Islam di tahun 1960-an," ujar Didik Nini Thowok menceritakan.

Tak lupa, ia menceritakan mengenai pengalamannya sebagai penari lintas gender. Menurut Didik yang saat itu mengenakan kebaya berwarna pink-biru, buat siapapun yang ingin menjadi penari lintas gender harus bisa menunjukkan teknik yang bagus.

"Harus punya dasar teknik menari juga dan bisa menyamai teknik tari perempuan. Di bahasa tarinya, harus ada penjiwaan dan itu tidak gampang," tambahnya lagi.



Di sela-sela ceramah. Didik Nini Thowok kerap menampilkan sejurus maupun dua jurus keahliannya dalam menari. Untuk menggelar sebuah pertunjukan, ia memiliki ritual tertentu.

Meski ritualnya tak ingin disebutkan secara terperinci, namun Didik Nini Thowok menjelaskan kegiatan berpuasa dan doa pastinya tetap dilakukan oleh pria yang bernama lengkap Kwee Tjoen Lian tersebut.

Didik Nini Thowok Berbagi Sejarah Tradisi Lintas Gender di SIPFest 2018Didik Nini Thowok Berbagi Sejarah Tradisi Lintas Gender di SIPFest 2018 Foto: Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya


"Kalau puasa pastinya membersihkan diri kita. Saya harus puasa, ada doanya pasti. Doa yang biasa-biasa saja mau agama apa pun pasti bisa. Kalaupun kita mau belajar tarian Bali, kita harus mengikuti tata cara orang Bali juga," pungkasnya.

Setelah serangkaian lecture-performance Didik Nini Thowok, Komunitas Salihara lewat penyelenggaraan SIPFest 2018 akan menghadirkan narasumber lainnya. Mulai dari Artery Performa dan Mainteater Bandung hingga pertunjukan 'Monolog Sutan Sjahrir'.

(tia/srs)

Hide Ads