Seni tari tradisi yang sudah ada sejak lama terus menerus ditekuni Didik. Meski kerap tuai kontroversi namun seni tari lintas gender diakui Didik tak hanya berada di Indonesia namun semua negara.
"Di tahun 1972, saya mulai mengingatkan kembali seni tari crossgender. Sebenarnya dari zaman dulu saya sudah ada, waktu itu hanya memulai lagi," tutur pria yang memiliki nama lahir Kwee Tjoen Lian ketika mengobrol dengan detikHOT via sambulan telepon, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak itu, Didik terus belajar dan melakukan banyak penelitian lewat riset serta literatur. "Saya pelajari di daerah atau negara mana saja sih yang ada seni tari crossgender, dan akhirnya saya banyak mendapatkan masukkan. Akhirnya di tahun 2004, saya menerbitkan buku tentang crossgender Indonesia," lanjutnya.
Tak hanya belajar seni tari lintas gender. Namun, dia juga belajar ragam genre yang membuatnya lihai menampilkannya. Didik pun kerap diundang ke luar negeri dan melakukan residensi di negara-negara tersebut.
"Saya semakin terbuka matanya bahwa seni tradisi crossgender ternyata ada di mana-mana," tutupnya.
Bulan depan, Didik bakal hadir mementaskan karya terbaru di ajang Kulonprogo Festival (Kulfest) 2017. Seperti apa penuturannya tentang seni tari lintas gender dan penampilan di Kulfest 2017?
Kali ini detikHOT akan mengangkat sosok Didik Nini Thowok. Simak artikel berikutnya!
(tia/nu2)