Tintin Wulia telah melanglang buana di ranah seni rupa kontemporer Indonesia dan dunia. Berkarier sejak awal 2000-an, Tintin Wulia mulai mengeksplorasi medium karya video dan seni instalasi. Terpilihnya perempuan lulusan strata satu arsitektur atas hasil diskusi dari tim kurator Venice Art Biennale 2017.
Saat temu media di Plataran Menteng, Jakarta Pusat, Tintin mengatakan proses pembuatan karya dimulai pada November 2016.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proyek tunggal Tintin Wulia terdiri dari tiga pasang instalasi seni yang ditampilkan di dua lokasi berbeda. Yakni, Senayan City Jakarta dan Arsenale, Venesia, Italia. Ketiga karya bersifat interaktif dan saling terhubung melalui jaringan internet.
"Sebenarnya saya pernah membuat yang serupa di tahun 2011, mesin yang dibuat di dua tempat. Mesin kembar yang dihubungkan oleh internet dan bersifat interaktif. Jadi interaksi yang ada di mesin kontrol akan berefek pada mesin remote," tuturnya.
Karya '1001 Martian Homes' diambil dari inspirasi sejarah lisan yang nyaris hilang. Tintin menggarap narasi-narasi yang dikisahkan di masa depan, di mana ruang dan waktu kita hari ini adalah masa lalu.
Agung Hujatnikajennong selaku kurator menimpali perkataan Tintin Wulia. "Tintin kerap berbicara soal identitas yang bisa terputus dari akad dan karyanya terkadang ada kaitan dengan keluarganya. Proyek 1001 Malam ini menegaskan masih berkaitan dengan cerita keluarganya," pungkasnya.
Karya Tintin Wulia akan menempati ruangan seluas 60 x 70 meter persegi. Venice Art Biennale yang ke-57 sendiri berlangsung selama 6 bulan berturut-turut pada 13 Mei hingga 26 November 2017. (tia/dar)